GALABO Surga Kuliner Solo
Ingin menikmati aneka kuliner tersohor di Surakarta? Datang saja ke Galabo (Gladag Langen Bogan) di Jl Mayor Sunaryo, Solo. Lokasinya berada di depan Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo, atau di depan gerbang Alun-alun Selatan Kraton Surakarta. Di sini ada sekitar 70-an kios makanan dan minuman legendaris Solo.
Seperti Sate Buntel H. Bejo, Sate Kere Yuk Rebi, Tengkleng Pasar Klewer, Mi Kampung H. Doel, Gudeg Ceker Bu Kasno, Bestik Lidah Harjo, Wedang Jahe Kencur Jeruk, Susu Shijack, dan masih banyak lagi. Jika ingin menikmati sepuasnya, rasanya tak cukup hanya bertandang sekali.
Oh ya, perlu diketahui, Galabo mulai "hidup" sejak sekitar jam 17.00 hingga tengah malam. Siang harinya, di sepanjang jalan itu tetap menjadi area lalu lintas yang ramai dilalui kendaraan.
Bagi yang baru pertama kali berkunjung ke Galabo, agar tak kalap memilih sejumlah kuliner yang ada di sana, ada baiknya menyusuri Galabo terlebih dulu sebelum memutuskan akan makan apa. Di pinggir jalan sepanjang 1 km itu, sejumlah gerobak makanan atau minuman berjejer rapi.
Setelah memesan, pembeli dapat memilih bersantap di meja-meja yang dinaungi payung besar atau berlesehan. Kabarnya, setiap malam sekitar 1500 orang mengunjungi Galabo di malam hari. Apalagi di waktu libur, pengunjung Galabo bisa berjumlah dua kali lipatnya. Tak sedikit pula yang datang wisatawan dari luar Solo.
Galabo jadi tempat makan yang cukup nyaman dan romantis. Bersih, tak ada pengamen, dan berfasilitas hotspot. Sebagai ganti pengamen, di kawasan ini disediakan musik organ tunggal dan live music. Jika ingin berbelanja juga bisa. Di depan Pusat Grosir Solo, ada sejumlah penjual pakaian.
Kawasan kuliner ini diresmikan oleh Menteri Perindustrian Marie Elka Pangestu pada 13 April 2008. Ini adalah proyek kerjasama Departemen Perindustrian dan Pemerintah Solo. Bahkan, gerobak para penjualnya pun merupakan pemberian Departeman Perindustrian.
Menurut Yani Puol, karyawan Gudeg Ceker Bu Kasno, sejumlah nama besar pemilik usaha kuliner di Solo memang sengaja diundang untuk buka cabang di Galabo. Alhasil, Gudeg Bu Kasno yang ada di kawasan Margoyudan dan biasa buka dini hari, di Galabo jadi buka sore hari. Pengunjung di Galabo, kata Yani, relatif banyak. "Bisa ratusan orang setiap malam, tapi tetap lebih banyak pelanggan di Margoyudan."
Sate Buntel H. Bejo di Galabo pun merupakan pengembangan usaha yang dikelola, Atmanto, anak ke 5 H. Bejo. Bagi Atmanto, berjualan di Galabo cukup kondusif. Selain pengunjungnya banyak, biaya sewa lokasi juga terhitung murah. Seharinya hanya Rp 15 ribu. "Harga itu sudah termasuk listrik dan PPN," kata Atmanto.
Harga makanan dan minumannya pun relatif murah, seperti yang ada di warung utama. Misalnya saja paket gudeg ceker, nasi, dan segelas es teh manis hanya Rp 8.500. Sementara seporsi sate buntel
Rp 19 ribu, atau bestik lidah seharga
Rp 14 ribu.
Kalaupun ada kendala yang dirasakan para pedagang di kawasan ini, hanya berkaitan dengan cuaca, misalnya ketika turun hujan. "Lokasi Galabo, kan, ruang terbuka, jadi otomatis pengunjung bakal sepi kalau hujan," papar Atmanto.
Berkaitan dengan hal ini, direncanakan Galabo akan mengalami perbaikan. Sebab, bagaimanapun juga, lokasi wisata kuliner ini cukup berhasil menggairahkan dunia wisata pada umumnya di kawasan Solo. Beberapa kota lain kabarnya telah ikut mengadopsi konsep Galabo ini.
Ahmad Tarmizi / bersambung
FOTO: Ahmad Tarmizi
KOMENTAR