Dalam pertemuan itu, para korban penyerangan seksual diminta berbicara mengenai pengalaman mereka. Salah satunya adalah keluarga korban yang kini menjadi aktivis dan pendamai, Neema Namadamu. Ketika mendengarkan kesaksian Neema, Angelina tampak menitikkan air matanya.
Neema, pendiri Maman Shujaa, gerakan wanita untuk perdamaian di Congo, diserang polio pada usia 2 tahun. Ia menjadi perempuan lumpuh pertama yang lulus dari sebuah universitas di Congo. Ia mulai berkampanye ketika putrinya yang berusia 25 tahun diserang oleh sekelompok pria, tak jauh dari rumah mereka di Congo.
Seorang korban lain mengungkapkan penyerangan yang dialaminya selama pembantaian massal di Rwanda beberapa saat lalu. "Aku tidak bisa melihat wajah-wajah mereka. Aku tidak tahu siapa mereka, bagaimana aku bisa melihat seseorang yang sedang memukuli matamu? Bagaimana kamu akan tahu seseorang akan memasukkan moncong pistol ke dalam mulutmu, dan kemudian ke selangkanganmu? Kemudian dia pergi, dan orang yang lain menggantikannya..."
Pada acara yang dihadiri para diplomat, pejabat, dan perwakilan LSM dari lebih 100 negara yang mengupayakan hak-hak para korban penyerangan seksual itu, Angelina berbicara secara pribadi dengan para korban. Ia menyatakan dukungannya untuk mengakhiri segala bentuk kekerasan seksual terhadap wanita dan anak-anak. Kemudian, Angelina juga menyampaikan pidatonya.
"Kita semua berada di sini untuk semua korban yang terlupakan dan bersembunyi selama ini karena telah dipermalukan, atau karena telah dibuang oleh lingkungannya. Untuk anak-anak yang menjadi korban perkosaan, kita ingin seluruh dunia mendengarkan kisah-kisah mereka, dan memahami bahwa ketidakadilan ini tidak bisa ditoleransi, dan bahwa kesedihan dan kasih sayang saja tidak cukup!" tegasnya.
Dini Felicitas/The Daily Mail
KOMENTAR