Maka tak heran, nama Madura kerap dikutip para produsen jamu. Sebut saja jamu ramuan Madura, tongkat wasiat Madura, dan masih banyak lagi.
Ternyata, bagi para perempuan Madura, salah satu cara menjaga organ kewanitaan adalah dengan membiasakan mengomsumsi jamu herbal buatan sendiri. "Soal jamu, perempuan Madura sudah mengenalnya sejak masih kanak-kanak. Biasanya, jamu-jamu itu dibuat dengan bahan yang ada di sekitar rumah," kata Fachruzah (39) pembuat jamu khusus untuk perempuan di Pamekasan, Madura.
Perempuan Madura, lanjut Fachruzah, sangat pantang jika organ intimnya mengalami masalah. Keputihan atau gangguan yang bisa mengurangi kualitas hubungan suami-istri ini sebisa mungkin dihindari.
Untuk itu, sejak remaja, perempuan di Madura yang mengalami haid pertama akan menjalani ritual minum jamu. "Bahkan, sejak balita pun anak-anak sudah dibiasakan minum jamu. Paling tidak beras kencur atau sinom," ujar Fachruzah.
Ibu dua anak ini lantas menguraikan, dirinya telah menggeluti dunia jamu sejak kecil. Kemampuan racik-meracik jamu ini merupakan warisan keluarga turun-temurun. "Di Pamekasan, semua orang sudah tahu. Mulai dari nenek sampai cicit, keahlian keluarga kami turun-temurun adalah membuat jamu Madura," imbuh Fachruzah yang juga punya usaha menjual rempah-rempah bahan dasar obat herbal.
Saat ini, sudah tidak begitu lagi. Ibunda Fachruzah, Faidah Ismail (64), kerap menimbang setiap bahan racikan jamu. Setiap jumputan merica diukur besaran gramnya. Demikian pula dengan bahan lainnya. Catatan itu lalu dibukukan dengan rapi, kemudian dijadikan resep hingga saat ini.
"Dengan begitu, secara kualitas dari dulu sampai sekarang akan tetap terjaga," papar Fachruzah, yang memuji sang bunda yang meskipun berasal dari kampung tapi gemar membaca buku-buku ilmu pengetahuan, termasuk kesehatan.
Fachruzah yang memiliki darah Arab dan Cina ini juga menerangkan, penjual jamu tak sekadar harus bisa meracik berbagai macam jamu, tapi juga harus teliti ketika memilih bahan. Sebab, meski berbahan sama, tetapi kualitasnya bisa berbeda.
Daun sirih, misalnya. Semua orang tentu tahu bentuk fisiknya. Namun, seorang peracik jamu harus bisa membedakan daun sirih jenis temu urat dengan daun sirih biasa. Daun sirih temu urat memiliki khasiat lebih karena kandungan antibiotiknya sangat tinggi. "Orang awam tidak akan bisa membedakannya karena secara fisik sama. Tapi kalau diamati, sirih temu urat memiliki tujuh lajur tulang daun," papar Fachruzah, sambil menunjukkan selembar sirih yang dimaksud.
Gandhi Wasono M / bersambung
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR