Jatuhnya Pesawat Cassa 212 Sabang Merauke Air Charte di Kepulauan Riau, Sabtu (12/2) lalu menyisakan cerita bagi para istri korban.Laila Fauziah, istri salah satu korban tewas, Sahrul Nasution (47) menceritakan kenangan hidup bersama sang suami tercinta.
Wajah Laila Fauziah (45) masih menyimpan kesedihan. Air muka wanita itu juga terlihat letih dan kuyu. Dia harus rela mengikhlaskan kepergian suaminya. Ya, Sahrul adalah salah satu korban tewas dalam kecelakaan jatuhnya pesawat Cassa 212 di Hutan Kampung Kampe, Desa Malang Rapat, Kecamatan,Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Menurut Laila, tak ada firasat apa-apa sebelum kepergian suami. Namun, "Terakhir kali kami sempat komunikasi lewat telepon, Sabtu (11/2) lalu.Saat itu suami saya sedang berada di Batam. Saya bilang kenapa belum pulang ke Medan. Dijawab, Sabtu dia akan pulang. Itu pun kalau dapat tiket pulang ke Medan. Kalau tak dapat mungkin hari Minggu. Suami saya juga pesan kirim salam pada anak-anak. Mereka harus diingatkan agar rajin salat. Saya heran juga apa maksudnya itu. Biasanya suami enggak pernah ngomong begitu," jelas ibu lima anak yang kesemuanya lelaki ini.
Janji pulang hari Minggu memang sudah ditepati suaminya. Namun, kepulangan sang suami ke Medan pada Minggu (13/2) lalu sekaligus menutup kisah perjalanan hidup sang teknisi bersama istrinya Laila. Bahkan, sebelum jenazah Sahrul sampai di rumah Laila sudah lima kali pingsan.
Menurut Laila, sebenarnya suaminya saat itu tak tugas sebagaimana mestinya. " Suami saya saat itu sedang cuti. Jadi, dia ada di Medan. Namun, ada teman suami saya yang berhalangan 'terbang'. Makanya suami saya yang ke Batam gantikan tugas rekannya selama tiga hari. Suami saya memang paling getol bekerja. Sepertinya dia tak pernah lelah. Saya pernah bilang padanya jangan terlalu diporsir sekali tenaga.Tapi, dia bilang, nggak apa-apa ini cari makan buat keluarga. Kalau sudah dibilang begitu saya jadi diam saja."
Sahrul berangkat ke Batam melakukan uji kelayakan mesin pesawat. Sebagai teknisi (chief inspector) Sahrul diwajibkan turut serta dalam penerbangan uji coba pesawat yang diperbaikinya.
Tapi, nasib berkata lain. Rerncananya, sulung mereka Zulfikar Nasution akan bertemu ayahnya di Bandara Polonia. Sekalian memberangkatkan Zulfikar kembali melanjutkan studi di sekolah pelayaran Semarang, pupus sudah. Wanita yang merasa sangat kehilangan ini mengaku suaminya sudah 25 tahun bertugas di maskapai perintis itu.
Sejak lulus STM, Sahrul ikut seleksi di PT Smac dengan posisi teknisi,dari 70 peserta seleksi, hanya lima orang yang diterima, termasuk Sahrul. Orangnya memang pintar.Lulus di teknisi murni atas kemampuan sendiri.
Sekarang, tulang punggung di keluarga itu telah 'pergi'. Bukan hanya dimata anak-anaknya, di mata para tetangga pun Sahrul termasuk orang baik. " Beberapa hari sebelum bertugas, suami saya sempat jadi imam di Musalla dekat rumah. Kalau ditanya bagaimana sikapnya sehari-hari. Kalau dijabarkan mungkin akan habis berlembar-lembar kertas."
Yang pasti, kata Laila, suaminya itu adalah suami yang paling sayang terhadap istri dan anak-anak. "Dalam kesempatan apa pun juga tiba-tiba dia suka menciumi dan memeluk saya dari belakang. Bahkan, di depan anak-anak pun dia tak sungkan-sungkan. Kalau mau kemana-mana dia enggak mau pergi kalau tak ikut saya. Orangnya perhatian sekali," ujar Laila mengaku pihak perusahaan begitu memperhatikan keluarganya. "Apalagi sejak suami saya tak ada pihak perusahaan mau peduli kok," tutupnya.
Debbi Safinaz
KOMENTAR