Jika ingin sedikit hemat, datang saja ke bengkel-bengkel sepeda yang menerima perakitan fixie. Salah satunya di Jl. Swadaya, Palmerah, Jakarta. Di bengkel Kuswandi, sepeda fixie rakitan bisa didapat dengan kisaran harga Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta. Semua komponen dijamin baru, kecuali frame. "Bikin frame memang lama karena kami cat ulang lagi. Warna bisa sesuai pesanan," kata Aki, salah satu pemilik bengkel sepeda.
Untuk pemesanan sepeda costum (sesuai pesanan), bengkel yang dalam seminggu bisa menerima pesanan empat buah perakitan fixie ini perlu waktu hingga empat hari untuk proses pengerjaan. "Yang penting, permintaan konsumennya jelas. Biasanya, mereka datang membawa gambar atau foto contoh sepeda. Nah, dari situ kami bisa menghitung biayanya."
Selayaknya membuat barang costumize, Aki sangat memanjakan konsumennya. Mulai dari merek, warna, dan model, semua menuruti kemauan konsumen. "Ya, sepeda costum, kan, memang harus beda dengan yang lain. Kalau sama, sih, mending beli di toko saja," tukasnya.
Yuanita Christiani (24) mulai jatuh cinta pada fixie lantaran "diracuni" teman-temannya. Maklum, selebriti yang membawakan acara Take Him Out bersama Choky Sitohang ini, punya banyak teman yang tergabung dalam komunitas pecinta sepeda fixie. "Awalnya diajak ke bengkel mereka, lalu disuruh mencoba. Saya pikir, ngapain sih, bikin sepeda segala?" kisah Nita.
Belakangan, ia jadi ketagihan naik sepeda. Tiap kali ke bengkel itu, lulusan The London School of Public Relations ini selalu dipinjami sepeda. Merasa malu meminjam terus, ia lalu minta dirakitkan sepeda fixie sendiri. "Bentuknya unik dan warnanya bisa disesuaikan dengan keinginan si pemilik. Jadi, bisa menggambarkan siapa pemiliknya," kata Nita yang memilih warna hijau dan putih dengan alasan mendukung go green.
"Awal pakai memang kagok karena remnya enggak ada, jadi refleks nurunin kaki buat mengerem. Karena takut jatuh, sekarang pasang rem," tutur anak kedua dari tiga bersaudara yang rela mengeluarkan uang lebih dari Rp 20 juta untuk merakit fixienya. "Gonta-ganti frame sayang juga, makanya bikin yang bagus sekalian. Saya, kan, enggak punya banyak waktu buat ke gym. Jadi, sekalian buat olahraga," dalihnya.
Cerita Syahrini (28) lain lagi. Awal memakai fixie, Rini sempat kagok sebab cara mengeremnya mengandalkan pedal. "Betis saya pernah kena pedal gara-gara ini. Sakit banget sampai memar," ujar Rini yang mulai bersepeda fixie sejak awal 2010. Karena peristiwa itulah, terkadang saat bersepeda bersama adiknya, Syahrani, dan teman-temannya, Rini minta ada satu mobil yang mengikutinya, sekadar berjaga-jaga.
"Waktu itu, akhirnya saya berhenti di tengah jalan dan ikut mobil. Sepeda juga dimasukkan ke mobil," ujar penyanyi yang akhirnya menyerah pada rayuan adiknya untuk bersepeda fixie lagi. Mulanya, ia memang menolak tawaran Rani yang sudah lebih dulu ber-fixie. Dadakan pergi ke toko sepeda membuat Rini tak sempat lagi merakit. Ia lalu membeli fixie yang kebetulan tersedia di sana.
Kadung jatuh cinta pada sepeda putih-biru yang sebetulnya milik orang lain, Rini lalu membeli sepeda yang sebetulnya tidak dijual itu. Kini, setiap tak ada jadwal menyanyi ke luar kota, Rini selalu bersepeda di bundaran HI pada Minggu pagi.
"Sepedanya kami titipkan di sebuah toko sepeda fixie di sana, lalu kami pulang naik mobil. Setelah almarhum Papa melarang saya dan Rani berolahraga malam karena enggak bagus buat kesehatan, kami jadi jarang bersepeda Jumat malam. Setelah Papa meninggal, kami enggak pernah lagi melakukannya," papar Rini yang enggan menyebutkan harga sepedanya.
SUKRISNA, HASUNA
KOMENTAR