Apakah gerangan sepeda fixie? Sepeda ini dibuat dengan konsep fixed gear alias gir yang mati. Artinya, setiap roda belakang berputar, maka otomatis pedal ikut berputar. Konsep ini juga akrab disebut doltrap. Jelas, mengendari fixie memang perlu keterampilan tersendiri. Pasalnya, jika hendak mengerem, pengemudi fixie harus menahan laju pedal.
Otomatis, bagi yang belum terlatih, akan sulit saat harus mengerem mendadak. Makanya, di negara maju, sepeda fixie wajib dipasangi rem depan, meski sebenarnya kabel rem akan "merusak" tatanan fixie yang tampil simpel.
Karena hanya punya satu gigi, fixie paling nyaman digenjot di jalan datar dan mulus. Sebelum gowes, tentukan dulu rute yang akan dilewati. Hindari tanjakan dan jalan yang jelek karena ban fixie yang berdiameter kecil diperuntukkan untuk melaju di jalan mulus.
Tabrak Angkot
Di Indonesia, pengertian fixie masih kabur. Sepeda yang tak fixed gear pun kerap disebut fixie. Yang penting, sepeda itu single speed. Contohnya, sepeda torpedo, dimana pengereman dilakukan dengan cara menekan pedal ke belakang. Begitu juga sepeda ber-gir jenis free wheel. Persamaan keduanya, kaki bisa istirahat ketika roda berputar. Bedanya, pada terpedo begitu pedal ditekan ke belakang, maka ia akan mengerem, sementara pada free wheel tak berpengaruh apa-apa.
Model terpedo dan free wheel ini justru disarankan bagi para pemula yang ingin menjajal sensasi menunggang sepeda "fixie". Namun, free wheel harus dilengkapi rem untuk menahan laju sepeda. Jika tidak, lebih berbahaya daripada fixie asli.
Konsep itulah yang dipakai Melati (21). Bersama sang pacar, Adi Wicaksono (23), Imel begitu warga Rawabelong, Jakarta, ini disapa, merakit sepeda terpedo setelah sang pacar menemukan rangka sepeda jengki lawas merek Phonix, di sebuah bengkel sepeda dengan harga murah.
Tak banyak perubahan yang dilakukan Imel dan Adi. Hanya memodifikasi drop-off (dudukan roda belakang), dari model semi vertikal ke horisontal seperti layaknya sepeda fixie. Untuk urusan teknis ini, Adi yang pegang peranan. "Saya hanya memilih warna," jelas pramugari yang memilih warna two tone, cokelat dan putih untuk sepedanya.
Karena fixie adalah sepeda gaya, maka warna komponen lain pun harus disesuaikan. Velg, stang, dan ban belakang pun berwarna putih. Sedangkan ban depan, dipilih warna kombinasi hitam dan kuning. Biar tampak semarak dan warna-warni. "Ada sebagian komponennya diambil dari sepeda saya," jelas pemuda yang juga hobi otomotif ini.
Dengan modal tak lebih dari Rp 2,5 juta, Imel merasa sudah puas dan sehati dengan sepedanya. "Walaupun awal menggowesnya sempat sampai menabrak angkot, diomeli sopir, dan diledek tukang ojek," kata Imel yang sejak kecil memang suka sepeda. "Karena pacar suka sepeda, akhirnya ketularan, deh."
Tak ada pakaian khusus untuk gowes. Ia juga tak pernah memakai sunblock khusus. "Yang penting, tangan dan kaki tertutup. Kalau warna baju, sih, menyesuaikan saja," tambah Imel yang mengaku merasakan sensasi tersendiri bisa menggowes ramai-ramai. "Ya, selain untuk olahraga, juga bisa buat seru-seruan."
Sepeda fixie memang untuk gaul dan gaya. Itu yang dirasakan Willyana alias Willy (23). Karyawati sebuah operator seluler ini mengaku "diracuni" sepeda oleh pacarnya, Donny Dwi Putra (23). Willy merakit sepeda dengan komponen kelas menengah. "Pengin, sih, ganti wheelset (roda) dengan merek tertentu, tapi harganya, hmm... Sayang uangnya, ha ha ha..."
Yang dimaksud gadis ini adalah wheelset palang seharga Rp 5 juta. "Saya, kan, belum lama 'main' sepeda fixie. Ini juga karena ikut teman-teman dan 'diracuni' pacar," tambah Willy yang suka fixie karena warna-warna yang ngejreng.
Aksesori sepedanya juga tak banyak dibeli Willy. Paling hanya topi keluaran Knog, yang belakangan ini seakan sudah jadi "satu paket" dengan sepeda fixie. "Baju dan sepatu, sih, pakai yang ada saja."
Begitulah, peminat sepeda fixie makin meluas saja, meski mayoritas penggunanya pelajar dan mahasiswa. "Banyak juga pasangan muda," kata Naga, pemilik toko sepeda Monster Bike di Jakarta.
Tren sepeda fixie mulai tumbuh sekitar bulan Juni tahun lalu. Sejak itu, peminatnya makin membludak.Sebagai indikasi, ketika car free day (CFD) berlangsung di Jl. Thamrin dan Sudirman, Jakarta, sepeda warna-warni itu mendominasi kawasan bebas kendaraan itu. Awalnya, orang memang tertarik pada fixie karena harganya relatif murah, tapi kini hal itu tak berlaku lagi. Komponen sepeda langsing ini bahkan sudah mencapai harga selangit.
Salah satu toko yang menyediakan spare part dan melayani perakitan fixie adalah Monster Bike yang bisa melayani sesuai bujet atau komponen pilihan konsumen. "Memang jarang ada fixie yang dijual full bike. Makanya, di sini melayani perakitan."
Naga mendatangkan semua komponan dari Taiwan, yang memang menjadi pusat pabrik sepeda. Monster Bike biasa melayani perakitan sepeda mulai dari Rp 5 Juta. Hanya saja, kata Naga, Sukrisna / bersambung
KOMENTAR