Nasi Kucing
Orang Jawa menyebutnya sega kucing, semula dijajakan di warung angkringan di Solo dan Yogyakarta. Sega kucing sebenarnya nasi bungkus yang porsinya uma sekepal nasi plus secuil ikan bandeng, oseng tempe, atau sambal, mirip makanan kucing. Biasanya, penjual nasi kucing melengkapi dengan beragam lauk aneka gorengan, sate usus, kerang, telur puyuh. Kini, nasi kucing sudah merebak ke berbagai kota, termasuk Jakarta.
Oseng-oseng Mercon
Mulai populerkan Bu Narti yang berjualan di Jl. KH Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Oseng-oseng ini komposisinya tetelan, daging, dan koyoran sapi yang dimasak sangat pedas. Saking pedasnya, pembeli berkomentar seakan seperti mercon yang meletus di mulut. Akhirnya, popular lah nama oseng-oseng mercon.
Nasi Goreng Gila
Tak mau kalah dari daerah lain, di Jakarta pun ada nasi goring gila. Tak ada hubungannya dengan orang gila. Konon, disebut gila karena lauknya yang melimpah dan aneka macam. Nasi gorengnya berisi bakso, sosis, telur goreng, acar. Aneka lauk yang bertaburan.
Kue Ganjal Rel
Dulu, roti ganjal rel populer di Jawa Tengah. Berbahan tepung gaplek dan gula merah, jadilah roti cokelat. Disebut ganjal rel karena bentuknya persegi panjang dan agak keras, mirip kayu ganjal rel kereta api. Roti ini masih ada di beberapa kota di Jawa Tengah.
Soto Bangkong
Bangkong adalah sejenis kodok, tapi soto bangkong tak berbahan daging kodok. Kuliner khas Semarang ini punya riwayat panjang. Di tahun 60-an, ada pedagang soto berjualan di Jl MTY Haryono, Semarang. Kala itu, kawasan ini masih relatif sepi, berada di daerah persawahan yang banyak kodoknya. Sambil menikmati soto, terkadang pembeli mendengar suara kodok. Makanya disebut soto bangkong. Soto ayam campur nasi yang penyajiannya di mangkuk kecil ini nikmat disantap bersama sate kerang, perkedel, tempe, atau sate telur puyuh.
Nasi Goncang
KOMENTAR