Maio Burger Aroma Daun Pisang
Jika bosan melahap burger biasa, rasanya Anda harus mencoba burger unik berwarna hijau ala Maio Burger. Berawal dari coba-coba, ketiga musisi asal Bandung, Hendi (32), Upik (35), dan Mawir (37) memutuskan berjualan burger warna hijau. "Kami pilih roti pandan karena warnanya unik," papar Hendi.
Untuk memasok roti burger warna hijau, Hendi dkk harus bekerja sama dengan produsen roti. "Kami minta roti pandan dengan spesifikasi tertentu, sampai ketemu adonan roti hijau yang pas," katanya. Selain roti pandan, Maio Burger juga mengaku punya resep mayonais andalan lain. "Upik yang bikin mayonais andalan itu, yang kini jadi resep rahasia Maio."
Sejak dibuka Februai 2009, Maio Burger tak langsung laris. "Sembilan bulan pertama masih sepi. Kami juga enggak melakukan promosi, sih. Waktu itu kami manfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan melatih pegawai."
Peliputan media massa dinilai berperan dalam menaikkan angka penjualan burger hijau ini. Dari penjualan 10-15 burger per hari, membludak hingga 100 burger tiap harinya. Kini, Maio sanggup menjual sekitar 300 burger per hari.
Tak cukup hanya menambah pegawai, Maio Burger juga harus menambah gerai. Selain di Jalan Buah Batu, Maio Burger ada di di Jalan Dipatiukur, Bandung. Hendi juga kebanjiran permintaan waralaba (franchise) dari berbagai kota di Indonesia. "Sekarang sedang kami siapkan, supaya kota lain bisa menikmati burger hijau."
Keistimewaan buger hijau terletak pada bungkus daun pisang yang digunakan untuk membakar roti dalam microwave. "Uap air dari daun pisang membuat roti pandan jadi makin lembut dan aroma burgernya makin menggugah selera," terang Hendi yang menjual burgernya Rp 13.500.
Berbalut busana dan aksesori serba pink (merah muda), pedagang siomay bernama Sriyono (57) ini akan sangat mudah ditemui di sudut Jalan Barito, Jakarta Selatan. Bukannya tanpa alasan bila Yono memilih beratribut serba pink saat berjualan "Alasan pertama, buat menarik pelanggan. Kedua, saya berharap bisa masuk media massa, lalu dikenal banyak orang, dan beritanya sampai ke anak-anak dan mantan istri saya," tukas Yono serius.
Sejak bercerai pada 2004 silam, Yono mengaku sulit bertemu kedua buah hatinya. "Warna ini (pink, Red.) adalah warna kesukaan anak saya, Peksi Safira Miradalita (11) dan Pramesti Dewi Angelita (10). Biar mereka tahu kalau ayah mereka yang bernama Sriyono ini masih hidup dan sangat kangen sama mereka," ungkapnya.
Pria ini mengaku, menggeluti siomay sejak 1980. "Tahun 1979 saya bertemu dengan seseorang asal Bangka keturunan Cina yang mengajarkan saya cara membuat siomay," terangnya.
Pelan tapi pasti, usaha yang dipilih Yono untuk berjualan siomay kian besar, bahkan pernah membuatnya jadi milyarder. "Tahun 2003, usaha siomay saya, Siomay Senayan, awalnya bisa memberi pemasukan hingga Rp 2 Milyar per tahun. Tapi usaha itu pun goyah. Badai yang menerpa kian besar, usaha saya makin terpuruk. Saya kehilangan semua harta sampai pernah jadi tuna wisma di tahun 2008," kenangnya.
Tidur dari masjid ke masjid, pun dilakoni Yono. "Paling lama di Masjid Al-Bina, Senayan, Jakarta Pusat. Saya juga harus menjual semua harta termasuk Hak Cipta nama Siomay Senayan. Usaha saya hancur akibat salah manajemen."
Tarik Pelanggan
Kehilangan harta dan anak-anak membuat Yono nyaris mengakhiri hidupnya. "Saya mulai mengumpulkan uang sedikit demi sedikit sebagai modal untuk bangkit. Tahun 2009, ada orang yang mau memodali saya buka outlet di Pasaraya, Blok M, Jakarta Selatan. Sayang, baru sebulan sudah bangkrut. Sekarang saya masih berhutang sekitar Rp 13 juta di Pasaraya karena tak sanggup bayar sewa tempat."
Usai menutup outlet di Pasaraya, Yono tak menunggu lama untuk kembali berjualan siomay. Kali ini, ia memilih menggunakan sepeda seperti dulu ketika ia memulai usaha. Siomay yang dijual per potong Rp 4.000, pelanggan dapat menikmati lezatnya siomay hasil olahan sang pembuat siomay yang sudah memiliki pengalaman tahunan ini.
Apakah siomaynya juga berwarna pink? Ternyata tidak. Ia sekadar ingin menarik perhatian calon pembeli dengan menggunakan sepeda dan atribut pakaian serba pink. Yono yang memiliki boneka pink 6 buah, topi pink 12 buah, baju pink 40 potong dan celana pendek pink 20 potong ini, berharap bisa mengulang kesuksesannya.
Sita Dewi, Edwin / bersambung
KOMENTAR