Batik Eksperimental
Pemberhentian pertama adalah workshop batik milik Nur Cahyo di Desa Setono, Pekalongan. Disinilah tercipta batik tulis dan batik cap dengan ritme gelombang batik yang sangat cantik. Setiap cecekan (titik-titik) dan tanahan (latar belakang kain) dibuat begitu halus. Nur Cahyo melakoni berbagai teknik pembuatan batik, mulai dari gaya klasik, gaya kontemporer, dari yang termudah hingga yang tersulit. "Keluwesan" Nur Cahyo yang terbuka pada hal-hal baru membuat Edward merasa pas mengajaknya bekerja sama membuat batik yang eksperimental, termasuk batik yang sedang dikembangkan Edward bersama seorang desainer Jepang.
Batik China Peranakan
Akar China peranakan berasal dari Pekalongan, sehingga tidak heran pengaruh China ikut mewarnai batik Pekalongan. Minat Edward terhadap batik China peranakan mengantarkannya pada keturunan langsung China peranakan yang membuat batik berlabel Lim Ping Wie. Label ini dikelola oleh keturunan China peranakan generasi keempat, yaitu Liem Poo Hien alias Ibu Hien. Batik Lim Ping Wie sangat kental dengan nuansa negara Tirai Bambu, seperti burung, kupu-kupu dan ikan. Pembuatan batik China peranakan tidaklah mudah, banyak batik yang dikerjakan hingga berbulan-bulan. Kain dibatik tidak hanya satu sisi melainkan dua sisi dengan detail yang sangat rumit.
Eksplorasi Edward tidak hanya berhenti pada pengrajin yang sudah terkenal. Pria kelahiran 31 Agustus 1958 ini kadang juga berkunjung ke desa pembatik rumahan, seperti Desa Pegandon Kidul. Di desa ini, para pembatik wanita berusia 30-70 tahun membuat batik dengan alat minim dan tanpa penerangan di rumahnya. Mereka membuat motif sendiri dan bekerja dengan jadwal yang diatur sendiri. Tidak heran motif yang dihasilkan cenderung seragam dengan detail yang ramai. "Ini namanya batik kampung," ujar Edward. Para pembatik yang tak mampu membeli kain Mori akan dipinjamkan kain oleh pengepul (pengumpul) batik, dengan syarat mereka hanya akan menjual batik tersebut ke si pengepul. Batik mereka dibeli oleh pengepul dari harga Rp 150-500 ribu. Satu helai batik bisa dikerjakan selama 2 bulan. Meski karyanya dihargai rendah, para wanita itu terlihat begitu berdedikasi membuat batik.
Melalui perjalanan ini, Edward membuka mata kita, betapa batik bukanlah hanya selembar kain. Batik adalah perwujudan dari kesabaran, kerja keras dan cinta kasih dari pembuatnya yang diekspresikan melalui motif yang tercipta.
Franka
KOMENTAR