Kalua & Sonco Yang Khas
Di Ciwidey, Jawa Barat, terdapat manisan unik bernama kalua dan sonco. Kedua produk ini mudah ditemui tak jauh dari terminal bus Ciwidey. Kalua yang rasanya manis itu terbuat dari kulit jeruk bali. Warnanya cokelat, putih, merah, dan hijau. Sementara sonco, bentuknya seperti agar-agar warna-warni yang dilumuri gula putih dengan rasa sedikit masam.
Salah satu pedagang kalua yang masih bertahan di Ciwidey adalah Ida (32). "Sejak 1970 Bapak saya sudah jualan kalua. Dulu, sih, penjual kalua tidak sebanyak sekarang, hanya 1-2 warung saja yang jualan. Sekarang, yang jualan kebanyakan pengusaha baru," jelas Ida saat ditemui di warungnya di kawasan Suka Kasih, Ciwidey.
Manisan kalua sebenarnya tak selalu harus dibuat dari kulit jeruk bali, melainkan bisa memakai bahan kulit jeruk lainnya. Yang penting, jeruknya berukuran besar. "Jeruk yang kecil kulitnya lebih tebal, jadi agak lama mengolahnya. Kulit jeruk bali, kan, berkulit tipis, jadi lebih gampang diolah. Kalau bahan bakunya sedang banyak, per kilo harganya cuma Rp 300. Sebaliknya, kalau sedang susah bisa mencapai Rp 3.500."
Cara membuat kalua sangat mudah dan cepat. Minimal 3 jam prosesnya. Pertama, kulit jeruk dikupas hingga tinggal berwarna putih. Lalu dipotong-potong dan direndam dalam air kapur sirih semalaman. Setelah dicuci bersih, warnanya akan berubah agak kekuningan. Kemudian direbus sampai matang dan dicuci lagi sampai berwarna seperti jeruk. Lalu rebus bersama gula merah atau putih tanpa pakai air lagi. "Karena jeruknya sudah mengandung air, sehingga airnya akan keluar dengan sendirinya. Jangan lupa diaduk sampai gulanya lumer," papar Ida.
Namun, asal tahu saja, kalua yang dibuat dengan gula merah, kurang tahan lama dan hanya bisa bertahan selama sebulan. Sementara kalua yang dibuat dengan gula putih akan tahan lebih lama, sekitar dua bulan. "Tapi kalua gula merah lebih disukai karena lebih enak, lembut, dan manis.
Ida menjual per kilo kalua seharga Rp 25 ribu. Diakui Ida, kalua buatannya akan laku dalam jumlah banyak ketika ada pesanan dari rumah makan di sekitar Ciwidey yang sedang kedatangan banyak tamu.
Karena kalua merupakan kudapan khas Ciwidey, kata Ida, keberadaannya harus tetap dipertahankan. Sehingga, bila ada pengusaha kalua yang bangkrut, biasanya usahanya itu akan dibeli si pemilik modal besar. "Tujuannya, ya, biar kalua tetap ada."
Rasa cabai tak selamanya harus pedas. Mau bukti? Kunyahlah manisan cabai merah asal Medan ini. Aromanya memang masih terasa bau cabai. Namun saat digigit, terasa renyah dan manis. Renyahnya manisan cabai ini lantaran teknik pembuatannya yang baik, sehingga tak menyebabkan gula menempel pada cabai dan tak menyebabkan lengket. Bentuk dan warnanya pun tetap menawan seperti cabai segar yang baru saja dipetik dari kebun.
KOMENTAR