Tak lengkap rasanya bila sedang berkunjung ke Semarang tapi belum mencicipi sajian tradisional Tahu Gimbal. Sebutan 'gimbal' ini berasal dari udang yang digoreng dengan tepung. Selain gimbal dan tahu, masih ditambahkan telur goreng, lontong, taoge, daun seledri, tomat, dan irisan kol.
Setelah gimbal, tahu, telur, dan lontong diiris dengan gunting, semuanya disiram dengan racikan bumbu kacang yang sudah dicampur petis. Pelengkapnya adalah kerupuk udang dan bawang goreng. Rasanya, gurih, manis dan pedas.
Salah satu pusat jajan Tahu Gimbal yang selalu dibanjiri pengunjung dari pagi hingga petang adalah kawasan Taman KB (Keluarga Berencana), atau di sebelah Kantor Gubernuran Jawa Tengah yang mengarah ke Jl. Menteri Soepeno. Di taman ini ada belasan gerobak penjual Tahu Gimbal. Di sini, pembeli dapat menikmati Tahu Gimbal sambil berlesehan dan menikmati teduhnya taman.
Menurut seorang penjual Tahu Gimbal, Marlan (51), pelopor pembuat Tahu Gimbal adalah Pak Yan yang dulu berjualan di Taman KB. Namun sayang, setelah Pak Yan meninggal, tak ada pihak keluarga yang meneruskan usahanya itu.
Walaupun banyak penjual Tahu Gimbal berjualan di lokasi itu, Marlan mengaku rezeki yang diperolehnya cukup untuk ongkos hidup keluarganya. Dengan harga seporsi Rp 9.000, Marlan mampu menjual 50 porsi Tahu Gimbal per hari. Di hari libur, penghasilannya bisa meningkat dua kali lipat. Selain Marlan, di lokasi itu juga terdapat Tahu Gimbal Pak Edy yang juga laris-manis.
Inilah jajanan tradisional kota Magelang dan Muntilan yang amat terkenal. Racikannya terdiri dari tahu, kupat, taoge rebus, irisan kubis mentah, irisan tahu goreng dan bakwan. Racikan ini kemudian diguyur bumbu kacang yang dicampur gula merah yang dihaluskan bersama cabe, bawang putih, garam dan lainnya seperti kecap dan asam Jawa. Sebelum disantap, akan lebih sedap bila ditaburi irisan daun seledri dan bawang goreng, serta kerupuk.
Di beberapa dusut Kota Magelang, bisa dijumpai penjual Kupat Tahu ini. Antara lain, warung Tahu Pojok dan Tahu Pak Slamet di Jl Tentara Pelajar (antara Alun-Alun dan Akademi Militer). Warung ini banyak didatangi pelanggan lantaran cukup legendaris. Dua pemilik warung ini pun terbilang masih bersaudara.
"Saya melanjutkan usaha bapak," ujar Muhlasin (47), pemilik Tahu Pak Slamet yang merupakan anak ke-3 dari (alm) Slamet. "Setelah Bapak meninggal, warung ini sempat tutup. Sayang kalau tidak diteruskan," imbuh Muhlasin.
Kupat Tahu Pak Slamet dan Tahu Pojok dikenal istimewa karena memiliki tahu yang lembut serta bumbu kacang yang gurih dan tak terlalu manis. Sejak pagi, kedua tempat ini sudah ramai dikunjungi pelanggan. Terlebih di waktu libur, pengunjung terlihat berjubel, lantaran sebagian penikmatnya datang dari luar kota Magelang.
"Banyak orang yang datang sekalian ingin bernostalgia," ujar Muhlasin yang menjual seporsi Kupat Tahu Rp 7.000. Rata-rata per hari, lebih dari 100 piring ludes disantap pelanggan.
Tarmizi
KOMENTAR