Bila Anda ke Lampung, bolehlah mencicipi bakso bakar Kanara. Bakso ini telah memiliki sertifikat halal oleh MUI Lampung, dan oleh Dinas Pariwisata dinyatakan sebagai salah satu kuliner khas Lampung. Pemiliknya adalah Surni Yusmareta. Ihwal usahanya, menurut Surni, diawali rasa keprihatinannya kepada anaknya Raja (4) yang lebih suka jajan ketimbang makan makanan rumah olahan bundanya. Raja, yang terlahir mengalami asfiksia (kekurangan oksigen, sehingga saat lahir tak langsung menangis) tumbuh sebagai anak yang susah makan. Jajanannya tak jauh dari bakso, sate, dan siomay, sehingga sering mengalami muntah, demam, dan radang tenggorokan.
Bertolak dari keprihatinan itulah timbul ide Surni membuat bakso sendiri dari daging sapi segar, tanpa bahan pengawet dan penyedap. Baksonya dibakar lalu ditambahkan bumbu kacang. Rupanya, tak hanya menyenangkan sang anak, hasil dari berjualan bakso yang diawali dari warung tenda itu, kini Surni bisa menyewa ruko dan menambah pemasukan keluarga.
Lulusan Teknik Kimia ITB tahun 2000 dan Sustainable Energy Management, Flensburg University, Jerman ini, adalah pemilik usaha Dunia Bermain, yang bergerak menyewakan mainan anak-anak di Cibubur, Kabupaten Bogor. Usahanya ini telah memberikan tambahan penghasilan untuk keluarganya, bahkan menjadi tumpuan hidup lima karyawannya. "Yang lebih penting lagi, Dunia Bermain telah memberi saya kebutuhan akan sebuah pengakuan diri," terangnya.
Perempuan yang kerap disapa Ulie ini semula sempat minder setelah resign dari sebuah industri ternama lantaran lebih memilih mengasuh dan mendekatkan diri kepada anak-anaknya. Padahal, ia adalah sarjana kimia dari ITB, bahkan penerima beasiswa dari pemerintah Jerman. Kini, Ulie tak minder lagi. Usahanya pun sudah bisa dibanggakan.
Berangkat dari pengalaman membeli keperluan bayi secara online dan dipicu oleh seorang teman yang juga memulai bisnis online, Niken ikut-ikutan berbisnis online. Pilihannya jatuh pada bisnis nursing tee atau baju khusus untuk ibu menyusui. NIken pun giat mencari informasi untu memperoleh suplier sebanyak-banyaknya.
Bermodal Rp 2,5 juta, ia pun mulai berbisnis online. Modal itu ia gunakan untuk membeli baju dengan harga reseller, kantong plastik, lakban dan pembuatan label untuk paket yang akan dikirim ke para pembeli. Nick, sapaan Niken, menjadi nama usahanya yaitu Purplenick, lantaran warga Jombang ini menyukai warna ungu.
Pernahkah Anda kesulitan mengajak si upik atau si buyung potong rambut? Momen inilah yang dimanfaatkan Irma untuk membuka bisnis salon keluarga. MOIS Family Salon, terletak di ITC BSD, Serpong, Tangerang. Menempati gedung tiga lantai, Irma tak hanya memanfaatkannya untuk salon anak. Melainkan juga menyediakan satu lantai untuk arena mini play ground. Nah, setelah si anak mendapat tempat nyaman, si ayah bisa melakukan treatment di lantai yang sama. Sementara lantai satu nya digunakan untuk para bunda. Lengkap sudah acara bersama keluarga, bukan?
Untuk bisnisnya itu, Irma memilih para stylist yang memiliki kesabaran dan ketelitian, sebab pelanggannya banyak para balita dan bayi yang butuh pendekatan khusus. Di tempat ini pula diselenggarakan kursus keterampilan untuk anak-anak. Anda tertarik mengikuti jejaknya?
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
KOMENTAR