Selain gehu pedas, di Bandung juga ada Keripik Setan (Pikset) yang terkenal. Disebut Keripik Setan karena rasa pedasnya luar biasa. Pikset bisa ditemui di sepanjang Jalan Kepatihan, seharga Rp 1.000 per bungkus. Jika Pikset yang dijual di Jalan Kepatihan agak basah, sementara pikset buatan Atep (32), dari Desa Manjah, Cileunyi, Jawa Barat, lebih kering.
Awalnya, bapak satu anak ini bekerja sebagai pengiris singkong di pabrik keripik. Atep yang suka memperhatikan cara majikannya berbisnis keripik lalu mencoba berjualan sendiri. "Saya perhatikan, penjual keripik suka mengurangi kualitas rasa kalau dagangannya laku. Saya tidak mau seperti itu kalau suatu saat berbisnis," ujar Atep yang kini sudaha punya pabrik keripik sendiri.
Benar saja, ketika berjualan Pikset Maret tahun lalu, Atep sama sekali tak pernah mengubah rasa meski harga bahan baku naik. Dulu, Atep yang hanya mampu menghabiskan singkong sebanyak 1 kuintal dalam seminggu, kini naik jadi 5 kuintal dalam sehari!
"Dulu, sih, bumbunya masih pakai cabai kering dan irisan bawang merah. Tapi rasanya kurang pas dan biasa saja. Saya pengin bikin Pikset yang beda. Saya coba bermacam resep. Hasilnya, malah tidak praktis dan rasanya beda."
Sesuai tekadnya, meski harga cabai terus melonjak, Atep tetap bertahan di harga semula, tanpa mengurangi bahan baku. "Memang ada penurunan omzet dan itu wajar karena sudah risiko berbisnis," kata Atep yang menjual piksetnya Rp 3.000 per bungkus dan Rp 13 ribu per kilogramnya.
Agar usahanya bisa tetap bertahan, Atep pun mengaku banyak belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain. "Yang jelas, saya harus memperhatikan kualitas dan konsisten di rasa. Meski harga bahan baku naik, jangan sampai kualitas dikurangi, jadi Pikset saya tetap yang dicari."
Salah satu strategi Atep untuk mengurangi beban biaya yang terus meningkat, ia menggoreng Piksetnya menggunakan kayu bakar. Bahkan, rasa yang dihasilkan pun jadi lebih enak. Piksetnya pun bisa tahan sampai dua bulan bila disimpan di tempat tertutup, meski tanpa bahan pengawet.
Kini, Atep tinggal memetik hasil jerih payahnya dan sudah memiliki 8 karyawan. Dalam sehari, ia bisa meraup untung Rp 1,5 juta dan
Rp 4 juta setiap Sabtu dan Minggu.
Nove
KOMENTAR