Pemilik Wenny's Cake, Wenny Panenthe, di Bandung juga mengandalkan foto cake tiga dimensinya sebagai bentuk promosi lewat web maupun Facebooknya. Untuk memotret, Wenny kadang masih mengadalkan bantuan sang suami. "Dia sebenarnya juga bukan fotografer. Jadi terpaksa saja. Lha, kalau bukan dia, siapa lagi? Ini, kan, usaha rumahan," jelas salah satu pelopor pembuat cake tiga dimensi di Indonesia.
Tak semua cake kreasi Wenny didokumentasikan. "Hanya cake-model terbaru saja. Kalau modelnya sudah pernah saya buat, ya tidak saya foto. Kecuali kalau model yang belakangan saya buat hasilnya lebih bagus," jelas wanita yang sudah membuat ratusan model cake tiga dimensi.
Untuk memotret cake kreasinya, Wenny masih mengandalkan kamera saku. "Tapi kamera saya belakangan ini sudah lumayan bagus. Bahkan untuk memotret di malam hari sekali pun," jelas Wenny yang terpaksa ganti kamera karena alat yang lama tak bisa maksimal jika dipakai motret malam hari. "Sayang, kan, kuenya sudah bagus, tapi fotonya tidak maksimal."
Sementara foto-foto yang dipajang, jarang dipermanis dengan pernik-pernik. Karena baginya, cake buatannya sudah cantik. "Saya lebih memerhatikan masalah angle saja. Kalau cake model boneka, misalnya, diusahakan menghadap ke depan. Jadi hasilnya akan lebih bagus."
Selain angle, background juga diperhatikan. "Yang penting kontras. Materinya sih, seadanya. Kadang pakai kertas, kadang juga pakai kain. Yang penting kontras," tandas Wenny yang juga kerap menambahkan barang-barang lain sebagai perbandingan agar calon pembeli tahu seberapa besar atau tinggi cake itu.
Satu-satunya kendala yang kerap dialami Wenny saat memotret, jika pesanan harus diantar pagi hari. "Mau enggak mau, cake harus dibuat malam. Nah, memotret malam itu yang susah. Apalagi jika hanya mengandalkan kamera saku." Untuk menyiasatinya, ia memanfaatkan lampu seadanya dengan dibantu reflektor seadanya juga. "Hasilnya, sih, lumayan," jelas Wenny yang lebih suka memotret pagi hari dengan bantuan sinar matahari.
Jika cahaya kurang, maka kecepatan pun harus lambat. Akibatnya, gambar mudah goyang. Inilah yeng "memaksa" Wenny membeli tripod seharga Rp 150 ribu. Dengan alat itu, kendala meski pakai ISO rendah, gambar tidak goyang dan hasilnya bagus," jelas Wenny yang mengaku model kue bikinannya sering dijiplak orang tanpa ada pemberitahuan. "Padahal kalau di luar negeri, mengambil ide orang lain saja harus permisi."
Sebelum di-uplaod di FB atau website, Wenny lah yang mengedit. "Tapi editing ringan saja, misalnya cropping, menambahkan label nama di foto atau watermark." Dulu Wenny memang rajin memberi watermark di foto-foto yang di-upload agar hasil karyanya tidak diakui orang lain. Tapi belakangan jarang dilakukan. "Terserah deh, orang mau mengakui foto itu atau tidak. Yang penting, apakah mereka bisa membuatnya atau tidak."
Membuat cake bolu dengan model bermacam-macam dan bentuk rumit tidaklah mudah. Apalagi karakter orang Indonesia yang tidak suka bolu yang keras. "Beda dengan orang luar negeri yang masih menerima bolu keras."
Padahal, membuat bolu yang lembut dengan bermacam-macam bentuk, risikonya lebih besar.
Sukrisna
KOMENTAR