Di Medan sudah ada kedai kopi Kok Tong sejak tahun 1925. Kini, Kok Tong hadir lebih elegan dan bergengsi di Sun Plaza. Outlet-nya berupa kafe yang interiornya didominasi warna kuning. Kok Tong juga hadir di Medan Fair Plaza, meski pusat kedainya tetap di Siantar (Simalungun).
Pengunjung yang nongkrong di kafe ini tak hanya kaum tua, melainkan juga kaum muda. Mereka betah duduk di sana berjam-jam bersama rekan kerja atau kekasih. Paling ramai, di siang dan sore hari di jam pulang kantor. "Sabtu dan Minggu serta hari-hari libur, pengunjung kafe bisa mencapai 2-3 kali lipat dari hari biasa. Kami, memang sengaja membuat rasa kopi yang bisa dinikmati segala usia," ujar Manager Kok Tong, Tommy Yaputra (28).
Sejarah kopi Kok Tong ini di mulai di Siantar. "Dulu, orang-orang di daerah suka ngobrol-ngobrol dan lesehan di kedai kopi. Sebelum masa penjajahan, tradisi minum kopi sudah ada. Bahkan, saat lokasi kedai kopi Kok Tong masih dikelilingi hutan dan belum banyak rumah. Hingga kini, warga yang menikmati kopi tak pernah berkurang," papar Tommy.
Salah satu anak pendiri kedai kopi Kok Tong, Paimin Ali, saat itu mengolah biji-biji kopi hasil kebunnya menjadi bubuk di pabrik pengolahan milik sendiri. Kini, kopi Kok Tong menjadi ikon kota Siantar.
Kopi favorit pengunjung kedai Kok Tong antara lain Original O Kok Tong. Sementara kaum muda menyukai Kopi Jelly. Kata Tommy, kopinya banyak dipesan orang untuk hajatan, arisan atau sekadar meeting di kafe. Gubernur Sumut, Syamsul Arifin, hingga artis-artis ibukota disebut sebagai penggemar kopi Kok Tong. "Artis Tommy Kurniawan pernah pesan kopi bubuk 10 kg untuk dibawa ke Jakarta ."
Kendati banyak digemari orang, Tommy mengaku belum ingin menggarap pasar luar negeri, meski sudah ada tawaran kerjasama.
Tak sanggup ngopi di tempat bergengsi di Bandung? Jangan khawatir. Sejak 2006 ada kafe Ngopi Doeloe (ND). "Secangkir kopi di kafe brand luar negeri harganya bisa mencapai Rp 40 ribu. Tapi, pembelinya antre. Padahal, setahu saya, Amerika bukan penghasil kopi. Mereka beli dari negara lain. Justru Indonesia termasuk penghasil kopi terbesar," kata Operation Manager Ngopi Doeloe, Tengku Zainal A,
Sadar Indonesia penghasil kopi, rekan Zainal mendirikan ND dan kini telah memiliki 5 kafe serupa. Awalnya, tak mudah mengenalkan kafe ND kepada masyarakat Bandung. Bahkan, pengunjung yang datang hanya 20-30 orang saja.
Namun, setelah 4 tahun ND berjalan, lanjut Zainal, "Yang datang bisa 400-500 orang. Sabtu-Minggu yang datang malah harus waiting list," ujarnya bangga.
Harga kopi di ND lanjut Zainalmurah dan rasanya enak. Menu andalan ND, yaitu kopi serba frozen seharga Rp 20 ribu. Mau kopi jadoel yang masih ada ampasnya juga bisa.
"Dari pada beli secangkir kopi mahal, mending ngopi di sini. Rp 50 ribu sudah bisa minum untuk dua orang," papar Zainal yang membidik pasar mahasiswa. Karena itu, kafenya dilengkapi fasilitas koneksi internet (WiFi) gratis dan camilan seharga Rp 8ribu-an.
Debbi Safinaz, Noverita
KOMENTAR