Sudah sejak SMP Azisa Noor (23) gemar baca komik. Saat itu, ia kerap membaca komik Jepang yang sedang menguasai pasar komik Indonesia. Setelah masuk SMA, ia tergerak menjadi komikus setelah melihat acara pameran komik Merdeka di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1999. "Saya melihat banyak komik indie dan para penggiatnya. Saat itu, industri komik lokal masih lesu," kata Zisa yang menetap di Bandung.
Azisa belajar bikin komik secara otodidak. Lalu, bersama teman-temannya mulai menerbitkan komik sendiri. "Sengaja bikin karya kompilasi bersama teman-teman supaya biaya cetaknya lebih murah. Komiknya kami jual sendiri juga." Gadis berkacamata ini, kemudian terdorong mengirimkan karya berjudul Anno 2100 ke sebuah majalah anak dan dimuat secara bersambung dalam beberapa edisi. Ia pun makin giat bikin komik dan ikut lomba.
Dua tahun berturut-turut (tahun 2005 dan 2006) ia menjadi jawara lomba komik yang diadakan Departemen Agama. "Keduanya dilirik penerbit dan diterbitkan. Judul komiknya Bintang dan Mentari".
Saat masuk ITB jurusan Arsitektur, hobi ngomik-nya makin menjadi. Lewat dunia maya, ia mendapat info tentang sebuah kompetisi komik. "Saya terpilih mewakili Asia dalam kegiatan Lingua Comica, Academy of Contemporary Arts yang diselenggarakan ASEAN European Foundation, di London, tahun 2007. Waktu itu dipilih 7 komikus Asia dan 7 komikus Eropa. Saya satu-satunya dari Indonesia."
Para komikus Asia ini berkarya berpasang-pasangan dengan komikus Eropa. "Saya mendapatkan pasangan dari Hongaria. Kami membuat cerita tentang semacam hantu dipandang dari sudut budaya masing-masing negara. Senang sekali ketika saya seminggu diundang ke London mengikuti acara ini. Kami ikut pameran, workshop, dan saling bagi pengalaman," kata Zisa yang karyanya juga masuk nominasi komik terbaik di ajang kompetisi di Swiss. Satu lagi prestasi internasionalnya, karya animasinya juga menang di Singapura.
Hebatnya, Zisa yang sudah menghasilkan belasan judul komik, kerap pula mendapat order dari luar negeri. "Honornya sudah pasti lumayan," cetus Zisa yang juga menggarap order membuat animasi. "Profesi sebagai komikus sebenarnya sudah bisa menjadi sandaran hidup. Syaratnya, komikusnya harus profesional dan konsisten bikin karya," tambahnya.
Bersama teman-temannya, awal tahun ini, Zisa membuat komunitas komik di Bandung, namanya Komikara. Ini sebuah rumah komik tempat memajang karya-karya komikus lokal. Juga tempat diskusi hangat tentang komik. Di Komikara pula, Zisa membuka kelas untuk belajar bikin komik.
Henry Ismono
KOMENTAR