Rie Berani Pameran Tunggal
Namanya Ariela Kristantina (27), tetapi ia lebih suka mencantumkan namanya sebagai Rie. Gadis ini suka baca komik sejak kelas 4 SD Tarakanita, saat komik Jepang begitu membanjiri pasar. Ia pun menjadi suka menggambari buku pelajarannya dengan aneka gambar komik. "Kalau Mama tahu, saya pasti diomelin," kata Rie yang tidak juga kapok.
Karena tak mendapat support dari mamanya, anak pasangan Teguh Puworo dan Lanny ini tidak belajar komik secara khusus. Namun begitu, hobi gambarnya tak pernah putus. Sampai kemudian ketika kuliah di Teknik Informatika, Universitas Gunadarma, orang tuanya menyerah menyaksikan tekad Rie. Ia diizinkan ketika mengikuti kursus komik Jepang atau manga di kawasan Kemang.
Setelah itu, Rie menimba ilmu di kelas animasi di Digital Studio College selama 16 bulan. Lalu, bersama kawan-kawan sesama alumni kursus manga, Rie mendirikan 7 Blue Artland Studio pada Januari 2006. "Anggotanya semua cewek. Awalnya, kami bertujuh, sekarang tinggal lima," kata gadis manis kelahiran Bandung ini.
Mereka membuat majalah komik Splash, yang ditujukan untuk pasar remaja, dan hingga sekarang Splash masih rutin terbit. "Yang mengisi, ya, saya dan teman-teman sendiri. Kami belajar mulai dari cara memproduksi sampai mendistribusikan majalah komik ini," kata Rie yang menyewa studio nyaman di Jl. AM Sangaji, Jakarta.
Proyek komik pun kerap Rie terima, baik bersama temannya maupun sendiri. Karyanya bersama 7 Blue Artland Studio yang sudah diterbitkan antara lain 101 Peraturan Konyol di Dunia dan Shafira. "Secara pribadi, saya juga dapat tawaran bikin komik antologi tentang Facebook," ujar Rie yang sudah menghasilkan 7 karya komik.
Yang paling gres, tahun ini Rie menelurkan judul komik Sejejak Harap dan Midnight Bunny. Di dua kisah ini Rie bertutur tentang kisah romansa dengan setting dunia kuliner. Rie yang juga punya studio desain bersama teman-temannya, juga rajin mengikuti pameran komik. "Saya pernah pameran tunggal di Yogya dan Semarang. Salah satu karya saya dikoleksi orang Amerika, lho!"
Sepanjang sejarah komik Indonesia, tak banyak kakak-adik yang sama-sama jadi komikus. Di era 70-an, ada nama Banu dan Nurmi Ambardi. Kini, ada lagi kakak-adik yang produktif menghasilkan komik yaitu Ida Ariyani (30) dan Nunik Triwahyuni (25). Menariknya lagi, proses kreatif Ida dan Nunik hampir terjadi bersamaan.
Ketika masih kuliah di sebuah akademi, Ida tertarik bikin komik dan belajar secara otodidak. Tahun 2002 ketika tahu Elexmedia Komputindo menerima komik lokal, Ida mencoba memasukkan karyanya. Nunik juga tak mau ketinggalan. Lalu, karya keduanya digabung dalam satu buku, meski ada dua judul yaitu Dee dan Dear Mr. Clown dengan dua kreator. Kebetulan karakter gambarnya sama. Oleh penerbit, disarankan pakai nama samaran. Dipilihlah nama Amano. Kala itu laku sampai 17 ribu eksemplar. Setelah itu, mereka secara rutin membuat komik.
Nunik lebih produktif dibanding kakaknya. Sampai kini, Nunik sudah menghasilkan 8 judul dengan 9 buku (ada satu judul yang terdiri dari 2 buku), sedangkan Ida "baru" 6 judul. Selain membuat komik, kakak-adik ini juga sama-sama mengajar membuat manga. "Saya memberi privat. Muridnya lumayan banyak. Tiap hari, saya mengajar. Kebanyakan muridnya tinggal di Jakarta," kata Ida yang tinggal di Depok.
Apa enaknya kakak-adik sama-sama jadi komikus? "Kalau ide sedang buntu, kami terbiasa diskusi," kata Ida dan Nunik kompak.
Henry Ismono / bersambung
KOMENTAR