Sebut saja Hutomo Mandala Putra alias Tommy dan Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek bertugas untuk menjadi pengurus pada pelaksanaan peringatan di Solo dan Yogyakarta sedangkan Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut, Sigit Hardjojudanto, dan Siti Hediati Hariyadi atau Titiek ditugaskan untuk menjaga pelaksanaan acara di Jakarta.
Sayangnya, nama putra ketiga Pak Harto, Bambang Trihatmodjo, yang kini juga menjadi suami dari artis Mayangsari tak turut disebutkan menjadi pengurus acara dalam rilis yang dibagikan kepada wartawan.
Peringatan 1000 hari wafatnya Soeharto rupanya sudah dimulai sejak hari Senin 11 Oktober 2010 lalu. Sebelum menggelar acara peringatan 1000 hari serentak di lima lokasi berbeda. Rangkaian ini dimulai dengan dilaksanakannya acara bedah bumi atau memasangi pondasi nisan makam Soeharto yang terletak di komplek pemakaman keluarga Astana Giribangun, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut rilis yang dibagikan, prosesi sakral bedah bumi itu diawali dengan pembacaan riwayat hidup Soeharto dan diiringi oleh apel Persada yaitu mempersembahkan jasa-jasa almarhum kepada ibu pertiwi. Kemudian, acara tersebut dilanjutkan dengan pembacaan surat Yasin dan doa bersama oleh seluruh anggota keluarga yang hadir.
Sebagai penyambung acara peringatan ini, Jumat (22/10) esok, seluruh keluarga beserta putra-putri Almarhum yang masih berada di Jakarta, akan langsung bertolak ke Karanganyar, Jawa Tengah, untuk melaksanakan ziarah makam di Astana Giribangun. Tak sampai disitu, keluarga juga akan melaksanakan upacara pemasangan maejan atau mahkota nisan di atas batu nisan makam Soeharto. "Ya, Bapak memang Bapaknya mereka, jadi mereka kangen ya," ujar puteri sulung Pak Harto, Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut kala dijumpai di Masjid At Tin, Jl.Taman Mini I, Jakarta Timur, Kamis (21/10) malam, saat mengomentari celetukan seorang warga yang mengaku rindu terhadap sosok Soeharto.
Sementara itu, perihal gelar pahlawan yang akan dianugerahkan kepada Almarhum Soeharto, Tutut hanya bisa menyerahkan semuanya kepada Pemerintah dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Dituturkan Tutut, keluarga besar Cendana, tak memiliki kewenangan lagi untuk member penilaian soal pantas atau tidaknya Soeharto diberi predikat sebagai seorang pahlawan.
"Kami dari keluarga menyerahkan semuanya pada yang diatas dan Pemerintah untuk bagaimana baiknya. Tentu kan yang menilai itu masyarakat bukan dari keluarga. Jadi masyarakat yang menilai, pihak berwajib menilai, semua kalangan menilai. Kalau diberi gelar pahlawan, ya matur nuwun, kami sekeluarga mengucapkan terimakasih. Kami semua serahkan kepada kebijaksanaan yang berwajib," tutup Tutut yang berjalan dengan pengawalan ketat.
Okki
KOMENTAR