Agaknya batas kesabaran Nami mencapai puncaknya. Persisnya, empat hari sebelum musibah itu terjadi. alkisah, seperti dituturkan Nami, malam menjelang tutup warung, masih ada sekitar lima piring nasi yang tersisa di bakul plus lima butir telur. "Dia memang marah kalau dagangan saya enggak habis. Katanya harus pas kalau bikin makanan untuk dijual. Namanya jualan, mana bisa mengira-ngira berapa pembeli yang bakal datang."
Demi melihat dagangan tersisa itu, "Dia mencak-mencak. Nasi dan telur dibuang ke lantai beserta bakulnya, lalu diinjak-injak." Masih dalam keadaan kalap, kisah Nami, Samuri mengambil termos yang baru dibelinya dan dipukulkan ke punggung Nami hingga hancur berantakan.
"Saya sampai kesakitan sekali. Sejak itu sakit hati saya sudah tak tertahankan lagi. Bathin saya benar-benar sakit dan capek menghadapi dia," keluh Nami dengan mata berkaca-kaca.
Di tengah keputusasaan itu, sambungnya, terlintas niatannya untuk menghabisi Samuri. Hanya saja ia merasa tidak bisa melakukannya sendirian. Esoknya, Nami menemui Tori (40), kerabatnya, mengadukan perangai suaminya selama ini. Lalu, Nami minta Tori yang juga ketua RT setempat, untuk membunuh Samuri.
"Semula saya tidak mau, tapi setelah mendengar perlakuan kasar Samuri yang kelewat batas, akhirnya saya bersedia membantu," sela Tori. Lelaki yang seharusnya menjaga kerukunan tetangganya ini pun kemudian menggandeng SW, orang yang dikenal sering melakukan tindak kriminal di desa tersebut. "Setelah bersedia, dia saya pertemukan dengan Nami," ungkap ayah tiga anak ini.
Sebagai imbalan, Nami berjanji akan memberikan hasil penjualan perhiasannya senilai Rp 4 juta. Kesepakatan pun dicapai. "Kami kemudian mengatur siasat pembunuhan itu. Supaya tidak ketahuan atau dicurigai, kami bikin pura-puranya Samuri dirampok lalu dibunuh."
Setelah diketahui tak bernyawa, kedua sekutu Nami itu lari. Selanjutnya, Nami keluar warung sembari berteriak seolah dirinya usai dirampok dan suaminya dihajar perampok. Tak lama kemudian polisi datang dan hanya dalam hitungan jam, terungkap siapa pelaku serta dalangnya. "Begitu melihat tempat kejadian perkara, saya yakin itu bukan perampokan melainkan ada unsur rekayasa. Kalau aksi perampokan sungguhan, pasti Nami sedikit banyak ikut lebam. Selain itu, darah korban berceceran dimana-mana, tapi tubuh Nami justru bersih sekali," jelas Kapolres Lumajang, AKBP Tejo Wijanarko.
Nami pun diperiksa secara kilat. Dalam waktu singkat, sandiwara terbongkar. Nami kemudian digelandang ke kantor polisi dan kini ditahan bersama Tori dengan tuduhan melakukan pembunuhan berencana. "Hari itu juga Tori kami tangkap di rumahnya sementara SW hingga kini masih buron," kata Wijanarko.
Menyesalkah Nami? Ia tak menjawab. Hanya mata tajamnya menerawang jauh. Entah apa yang ada di benak ibu beranak satu ini.
Gandhi Wasono M.
KOMENTAR