Sejak kecil, lanjut Kemal, ia sudah diperkenalkan Alex dengan dunia kedirgantaraan. "Ayah adalah sosok yang selalu saya banggakan dan menjadi idola saya. Dia selalu bilang ke anak-anaknya agar melakukan apa yang kami suka dengan sunguh-sungguh. Jadi, kalau saya memutuskan mengikuti langkahnya, itu bukan karena disuruh Ayah melainkan karena saya yang memilih dan saya suka." Sementara adik-adiknya, lanjutnya, menekuni dunia marketing serta advertising. Di mata anak-anaknya, Alex benar-benar tokoh panutan. "Ayah tidak sekadar berucap, tapi diikuti tindakan nyata sehigga memberi inspirasi dan motivasi bagi kami."
Satu hal yang tak bisa dilupakan Kemal adalah ketika Kemal sering diajak terbang sang ayah. "Dari situlah awalnya saya melihat passion pada pesawat dan terbang. Ketika hal itu saya ungkapkan ke Ayah, dia senang dan bangga sekali. Secara eksplisit Ayah memang tidak pernah mengutarakan itu, tapi saya tahu."
Kalaupun ada yang dirasa paling menyesakkan dada Kemal atas kepergian sang ayah, "Soalnya sudah setahun ini saya enggak ketemu Ayah. Terakhir saya ketemu tahun 2009, ketika dia datang untuk melihat saya wisuda. Dia memberi hadiah jam tangan khusus untuk pilot. Jam ini akan selalu saya jaga," ujarnya sambil mengelus jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Kebanggaan pada sosok sang ayah juga dirasakannya ketika melihat banyak orang yang ikut kehilangan sosok Alexander Supelli. "Saya tidak menyangka akan begitu banyak orang yang memberi perhatian dan turut kehilangan. Terlebih, mereka ikut mengantar Ayah ke pemakaman. Itu bikin saya semakin terpacu untuk memberi yang terbaik agar membuat Ayah bangga."
Jasad Alex sudah terbaring tenang di Pemakaman Umum Pongporang, Kecamatan Majalaya. Di desa ini, Alex memang punya ikatan khusus dengan warga setempat. Melalui Yayasan Nur Illahi Bandung yang didirikannya empat tahun silam, Alex antara lain ikut mendirikan Taman Kanak-kanak Dradjat Islami. "Jiwa sosialnya memang tinggi," kata Karlina Supelli (52), adik Alex.
Astronomer wanita pertama di Indonesia ini memang sangat dekat dengan mendiang sang kakak. Perbedaan usia yang terpaut tak terlalu jauh di antara mereka, membuat hubungan keduanya begitu dekat. "Sejak kecil sampai besar, hubungan kami sangat erat. Masa kecil kami pun sering dihabiskan berdua. Main juga selalu berdua. Saya masih ingat, saat masih SD, kami suka pakai uang jajan untuk sewa kuda, jalan-jalan di Salabintana, Sukabumi, Jawa Barat. Kebetulan rumah kami memang di daerah itu," kenang Karlina.
Sejak kecil, lanjut Karlina, Alex sudah memiliki "ikatan" tersendiri dengan dunia kedirgantaraan. "Dulu dia pernah ingin jadi pilot tapi dilarang oleh orangtua kami karena takut akan terjadi peristiwa seperti ini. Akhirnya, Alex menekuni dunia teknik. Dia kuliah di Fakultas Teknik Intitut Teknologi Bandung (ITB)."
Rupanya dunia kedirgantaraan terus memanggil Alex. Pria itu pun nekat menekuninya dan belakangan malah menjadi salah satu teknisi pesawat terbaik Indonesia dan menjadi pilot pesawat akrobatik. "Satu hal yang membuat saya kagum padanya, dia melakukan sesuatu secara sungguh-sungguh. Dia selalu bisa memberi yang terbaik untuk apa pun yang dia lakukan," tutur anak ke-11 dari 13 bersaudara ini.
Ucapan Karlina memang benar. Tahun 1995 Alex mendapat penghargaan Bintang Jasa Mahayana dari Presiden RI. Di dunia penerbangan akrobatik, Alex pernah menjadi runner up di sebuah acara bergengsi di Australia. Keahliannya dalam bidang teknik kedirgantaraan berhasil menelurkan karya kebanggaan bangsa, yaitu pesawat N-250. Namun, akibat mengendurnya produksi pesawat nasional, Alex "terpaksa" meninggalkan negeri ini dan menjadi Wakil Presiden Bidang Desain di sebuah pabrik pesawat di Prancis. Setahun lalu Alex memutuskan kembali ke Indonesia.
Berkat Alex pula, sambung Karlina, "Saya mengenal astronomi. Dia yang mengenalkan saya dan membuat saya tertarik dengan bidang ini. Begitu lulus SMA, saya menyusul dia kuliah di ITB," ungkap wanita yang juga aktivis kemanusiaan ini.
Sayang, saat sang kakak mendapat musibah, Karlina sedang berada di Jakarta dan tidak menonton Bandung Air Show di mana sang kakak unjuk kebolehan. Yang menunggui Alex berakrobat di udara adalah istri dan kedua anaknya, Arya dan Nadia. "Saya dikabari setelah pesawatnya jatuh. Tapi saya yakin, dia sudah tenang 'di sana'."
Edwin Yusman F
KOMENTAR