Memasuki Kedai Ho Teh Tiam (HTT) di Jl. Wolter Mongonsidi, Medan, nuansa negeri Tirai Bambu segera terasa. Ornamen-ornamen yang terpajang di sekeliling kedai, mayoritas berwarna merah. Hiasan kaligrafi China hasil karya anak-anak, tergantung rapi di dinding.
"Kedai ini bisa menampung sekitar 100 pengunjung. Biasanya, Sabtu dan Minggu para anggota membawa keluarga. Orangtuanya minum teh sambil mengobrol, anak-anaknya boleh main kecapi. Ramai suasananya," cerita Endar Hadi Purwanto (45), pemilik kedai, menggambarkan suasana riuh kedai tehnya.
Meski komunitas MTC terbanyak dari etnis Tionghoa, "Keanggotaan tidak dibatasi suku dan agama. Siapa saja boleh ikut asal suka nge-teh," tegas Endar sambil berkisah, dulunya MTC hanya beranggotakan puluhan orang, namun kini berkembang hingga seratusan. "Awalnya para penyuka minuman teh saling bertemu di sini, berkenalan, lalu muncul ide membentuk perkumpulan."
Endar juga bertutur, dari sejumlah pertemuan informal itulah, "Akhirnya kami jadi tahu, ada tradisi yang hilang dalam kebiasaan minum teh yang dibawa orang Tionghoa ke Nusantara. Kami lalu mencari sejumlah tetua yang masih ingat bagaimana tata cara menyeduh teh. Seduh teh adalah hal yang sederhana tapi tidak mudah dipahami banyak orang. Bukan melihat dari jenis tehnya, tapi bagaimana cara menyeduhnya."
Seni menyeduh teh memang merupakan salah satu kekayaan budaya Cina yang sudah dikenal sejak ratusan bahkan mungkin ribuan tahun lalu.
Tradisi itulah yang sepertinya ingin dihidupkan kembali. Selain itu, para anggota juga memanfaatkan ajang pertemuan untuk bersosialisasi. "Mereka berkenalan lalu mengobrol tentang apa saja. Mulai dari soal keluarga, bisnis, sampai akhirnya menjalin kerja sama."
Salah satu pengunjung HTT, Sitta, bertutur, ia menyukai tempat itu karena suasananya. "Kalau berada di ruangan ini, rasanya seperti berada di Cina. Apalagi dengan suasana minum teh, benar-benar serasa berada di kedai teh di Cina. Makanya saya rajin datang ke sini. Dengan datang ke HTT, kami jadi tahu budaya Cina yang sesungguhnya."
Agar klub tak hanya jadi ajang mengobrol, berbagai kegiatan diadakan. "Salah satunya, perlombaan menyeduh teh. Juaranya malah bukan dari etnis Cina," ujar Endar sambil tertawa.
Debbi Safinaz
KOMENTAR