Tradisi membagi makanan pembuka puasa juga dilakukan di Masjid Agung Baiturrahman Nangroe Aceh Darusalam (NAD) dan di Masjid raya Al Manshun, Medan. Bedanya, di dua tempat ini memiliki tradisi membagikan semangkuk bubur dan segelas teh manis hangat untuk ratusan orang.
Pembagian bubur kanji rumbi biasa dilakukan oleh takmir masjid maupun berbagai meunasah di Aceh selama Ramadan. Bubur kanji rumbi adalah bubur beras yang diolah dengan aneka bumbu serta rempah-rempah khas Indonesia seperti jahe, kayu manis, cengkih keling, bawang merah, bawang putih, dan daun pandan. Juga ada campuran udang atau daging ayam, kentang dan irsian wortel.
Sementara pembagian bubur sup, berlangsung di Masjid Raya Al Manshun Jl Masjid Raya Medan. Menurut salah satu pemasak bubur, Hamdan, untuk masak bubur sup setiap Ramadan, sedikitnya ia menanak hingga 25 kg beras, 10 kg daging, 20 kg kentang dan wortel, ditambah daun bawang dan bawang goreng. "Kami masak bubur setiap untuk 700-800 porsi," jelasnya.
Berbuka dengan bubur sup ini , lanjut Hamdan, akan membuat tubuh jadi segar. "Menurut Sunah Rasul kalau berbuka itu harus dengan yang lembut-lembut agar perut tidak kaget," jelas Hamdan lagi.
Makanan takjil juga disediakan oleh takmir Masjid Nasional Al-Akbar, Surabaya. Setiap Ramadan masjid ini menyediakan 2.000 bungkus nasi berikut air mineral. Menurut Humas masjid Al-Akbar, Helmy M Noor, 2.000 nasi bungkus itu belum termasuk sumbangan makanan dari para donatur yang mendadak mengirimkan nasi bungkus. "Kadang sumbangan yang kami terima mencapai 200 bungkus bahkan lebih. Kami menyebutnya sebagai takjil rohani," jelas Helmy.
Dana untuk takjil berasal dari masyarakat yang dipungut melalui infaq takjil yang biasannya dibuka dua bulan sebelum Ramadan tiba. Donatur menyumbang setiap kelipatan Rp 5000 sesuai dengan harga nasi bungkus yang sudah ditentukan panitia. "Misalnya Anda ingin menyumbang untuk takjil 100 orang, donator tinggal mengalikan Rp 5000. Nah, yang memasak takjil 1.000 bungkus diborongkan ke katering yang kami tunjuk, sedang yang 1.000 lainnya dimasak jamaah kami sendiri. Biar adil, menunya seragam," papar Helmy.
Siapakah yang biasa bertakjil di Masjid Agung ini? "Bukan melulu para musafir atau mereka yang berkantong pas-pasan. Tak sedikit keluarga atau komunitas tertentu yang sengaja ingin merasakan takjil dengan suasana yang berbeda dan penuh kebersamaan di Masjid Agung ini," pungkas Helmy.
Gandhi, Rini, Debbi
KOMENTAR