Dua ribu paket terdiri dari makanan dan minuman untuk berbuka puasa disediakan setiap hari oleh Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI). Siapa saja boleh berbuka puasa di masjid terbesar di Asia Tenggara itu.
Mengelola 2.000 paket makanan tentu tidak mudah. Maka, BPPMI mempercayakannya kepada tiga perusahaan katering yang memiliki sertifikasi jasa boga agar makanan terjamin kebersihannya. "Dananya kami peroleh dari kotak amal masjid atau sumbangan masyarakat sekitar. Uang sumbangan itu langsung kami serahkan ke Kostiq, NIZ, dan katering Teluk Bayur yang menjadi rekanan kami. Nama penyumbangnya kami umumkan setiap habis salat tarawih," terang Subandi, sekretaris BPPMI.
Kostiq, atau Koperasi Karyawan Masjid Istiqlal, baru tahun ini dipercaya mengelola 650 boks takjil Masjid Istiqlal tiap harinya. Katering Kostiq merupakan pengembangan usaha kantin masjid yang sudah dirintis sejak 2009. "BPPMI memberi jatah Rp 5.000 per boks, isinya nasi, ikan, telur, atau daging, dan sayur. Memang ada untungnya, tapi tidak besar. Sejak awal, niat kami, kan, memberi pelayanan kepada jamaah," terang Hasanudin, Kepala Unit Toko dan Kantin Koperasi Karyawan Masjid Istiqlal.
Memasak pesanan berskala besar setiap hari diakui Hasanudin, tidak mudah. "Kami sempat kerepotan di persiapan awal, penyajian, belanja, hingga inventarisir. Dalam menakar beras, ayam, dan bahan lainnya masih meraba, apalagi harga-harga bahan pokok naik terus. Alhamdulillah hari kedua sudah lancar."
Untuk menyiapkan 650 boks makanan, Hasan dan anak buahnya harus bekerja ekstra keras mulai dini hari hingga menjelang puasa. Tiga orang juru masak sudah tiba sejak subuh untuk memasak, sementara enam lainnya bekerja mulai jam 8 pagi hingga menjelang buka. Jam 4 sore makanan mulai diangkut ke masjid.
Hal yang sama dilakukan NIZ Catering yang kebagian jatah 700 boks per hari. Benny Santoso, operasional NIZ Catering berkisah, ia hanya tidur kurang lebih dua jam tiap harinya. "Sehabis berbuka, saya langsung belanja ke pasar. Biasanya baru selesai tengah malam. Setelah itu, saya sahur dan baru tidur setelah subuh."
Masjid Agung Al-Azhar yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sudah empat tahun berturut-turut menyediakan makanan untuk berbuka bagi jamaahnya. Menurut bendahara masjid, Fury Puji Antari, dua bulan sebelum Ramadan, Masjid Al-Azhar sudah melakukan tes makanan ke beberapa perusahaan katering. "Sistemnya tender, kami mencari yang cocok dari segi harga dan kualitas," terangnya.
Kriteria Al-Azhar menggaet rekanan katering adalah sanggup menyediakan 600 paket kue seharga masing-masing Rp 9.000. "Ada dua rekanan yang sanggup, CV Almond dan industri rumahan milik Ibu Lia Komariyah. Tiap boks berisi tiga kue plus es buah, kolak, atau puding, dan minuman. "Menunya ditentukan oleh katering, tetapi tetap kami supervisi."
Dana yang digunakan untuk menyediakan takjil, kata Fury berasal dari amal jariyah para jamaah. Tetapi, masjid juga menerima sumbangan dari warga, baik berupa uang, maupun makanan. Untuk menjaga kualitas makanan, Fury melakukan kontrol terhadap makanannya setiap hari. "Bila ada yang kurang, kami beri peringatan. Kalau sampai tiga kali mendapat peringatan, kami hentikan kerjasamanya."
Sejauh ini, 600 boks plus sumbangan masyarakat tak pernah bersisa tiap harinya. Tak jarang, justru kurang. "Andai 600 boks masih kurang, kami membagikan kurma. Sebab yang takjil di sini berbagai kalangan. Mulai dari kaum dhuafa, hingga pegawai-pegawai kantor yang lokasinya dekat dengan masjid," tutur Fury.
Sita Dewi/ bersambung
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR