Desa Wedi, Klaten (Jateng), yang terkenal sebagai sentra pengrajin kaos oblong di wilayah Yogya dan Jateng, sejak 1982 menambah predikatnya sebagai desa penghasil keripik belut. Pasalnya, salah satu warga Desa Kalitengah, Wedi, bernama Ratno (59), melakukan inovasi dalam mengolah belut. Dari sekadar dijual mentah, diubah menjadi keripik yang gurih dan renyah. Usahanya lantas diikuti belasan tetangganya lantaran hewan sawah itu kian hari kian digemari masyarakat luar.
Ratno mengisahkan "sejarah"-nya kenapa di desa itu banyak produsen keripik belut. Alkisah, Ratno kecil hobi berburu belut di sawah. Lalu, ia menjualnya hidup-hidup ke pasar. Namun, para pembelinya mengakali. "Kalau belum terkumpul satu kuintal, belum dibayar. Satu kilogram pada tahun 1973 cuma dihargai Rp 7 ribu," kenang Ratno.
Tahun 1974 Ratno menikahi Mujilah. Kini, belut hasil tangakapannya ia jual bersama sang istri ke Pasar Prambanan, beberapa kilometer dari rumahnya. Per kilogram laku Rp 14 ribu. Rupanya, peminat belut basah semakin banyak. Ratno pun mereka-reka membalut belut dengan tepung berbumbu lalu menggorengnya garing. Dalam sekejap jualannya pun ludes. Banyak penjual pecel lele membelinya kulakan untuk dijual kembali.
Ratno pun semakin giat berburu belut. "Saya dibantu beberpa orang dari tetangga desa. Malah ada orang Jawa Timur yang mau setor belut basah ke saya."
Ratno pun berhenti berburu lalu "menjelma' menjadi juragan baru. Ia pun membuka toko keripik belut. Di sinilah keberuntungan mulai beruntun. Banyak orang dari berbagai desa menyetorkan hasil buruan belut kepadanya. Seiring dengan itu, banyak juga yang memesan keripik untuk oleh-oleh. Atau sengaja minta dikirimi untuk dijual kembali. "Tahun 1982 mencapai puncaknya. Permintaan banyak sekali," terangnya.
Melihat keberhasilan Ratno, tetangga pun mulai meniru usahanya. Kini, Dusun Kalitengah terkenal sebagai dusun penghasil keripik belut. "Sekarang paling tidak ada 12 orang yang jualan keripik belut. Saya tidak merasa tersaingi meski sebagian dari mereka mantan pegawai saya. Rezeki sudah ada yang mengatur," terang Ratno yang kini memiliki toko di sebelah selatan Pasar Wedi.
Rini
KOMENTAR