Black Market ONE STOP SHOPPING
Banyak factory outlet (FO) baru bermunculan di Bandung, bak jamur di musim penghujan. Salah satu yang masih belia adalah Black Market, yang mulai ada Maret 2009. "Owner kami ingin memberi sesuatu yang berbeda pada masyarakat. Selain produk fashion, ada juga hiburan, dan makanan," tutur Yohanna (22), Store Manager Fashion Black Market.
Berlokasi di tempat strategis di Jalan Riau, Black Market berdiri di pelataran luas. Khusus untuk produk fashion, "Kami memberikan sesuatu yang berbeda ketimbang tempat lain. Konsepnya up to date dan fashionable. Misalnya, ada barang baru di majalah, tak lama kemudian, di sini tersedia."
Yohanna menambahkan, pihaknya menyediakan berbagai macam busana. "Konsepnya untuk familiy, jadi kami sediakan pakaian untuk anak-anak, remaja, dan dewasa. Ada busana muslim, kerja, dan pesta. Berbagai aksesoris juga ada. Bahkan mainan, sandal, dan kaset pun ada. Konsep FO kami semacam one stop shopping. Orang mau cari apa saja, tersedia di sini," kata alumni Universitas Maranatha, Bandung ini.
Koleksi yang di ada di Black Market, lanjut Yohanna, "Diimpor dari Korea, Jepang, dan Hongkong. Kami juga bekerja sama dengan beberapa supplier. Ada juga produk in house, kebetulan owner punya usaha garmen." Harga yang ditawarkan pun diupayakan terjangkau. "Mulai Rp 20 ribuan sampai ratusan ribu. Ada dress elegan harganya Rp 600 ribu. Ada juga jas kulit harganya ratusan ribu, yang sempat jadi tren," ujar Yohanna.
Berbagai cara dilakukan Black Market untuk terus berkembang. "Kami bagikan brosur, misalnya ke sekolah-sekolah karena target pasar kami juga termasuk remaja." Black Market juga pernah bekerja sama dengan dua bank agar pengunjung datang. Misalnya bagi pemegang kartu suatu bank, saat membeli barang akan mendapat diskon hingga 50 persen. "Yang saat ini berjalan, pembeli mendapat diskon kalau beli dua barang," kata Yohanna sambil menjelaskan, khusus hari libur, omset usahanya berkali lipat dari biasanya. "Banyak juga artis dan orang Jakarta belanja di Bandung."
Selanjutnya, Black Market ingin menggiatkan penjualan on line melalui Facebook. "Tak lama lagi akan kami mulai. Bagi yang malas ke mari, silakan pesan on line. Kami bisa mengantarnya," ujar Yohanna berpromosi.
Sejak dua tahun lalu Lanni Kusumah Wardhani (33), pemilik salon Cocoly House of Beauty, menjajakan baju-baju bergaya Korea dan Jepang di butiknya, Cocoly Butiq, di Jalan Banyumas, Bandung. Ya, Lanni telah melengkapi salonnya dengan butik yang menyediakan aneka baju, tas, dan aksesori khusus wanita. Awalnya Lanni merancang sendiri baju-baju dagangannya yang bergaya Korean dan Japanese style. Lanni mengaku mendesain baju disesuaikan dengan kepribadian si pemesan. "Jadi rancangan saya tidak pasaran." Tapi, beberapa bulan belakangan ini Lanni juga menjual baju-baju yang diambil dari Singapura dan Hongkong.
"Suka atau tidak, barang-barang produksi luar, khususnya Cina, lebih murah. Makanya, selain merancang sendiri saya juga beli jadi." Menjelang Lebaran seperti ini, Lanni mengaku kebanjiran order. "Sekarang saya mulai banyak terima pesanan. Makanya saya juga belanja buku-buku fashion, khususnya fashion di Jepang dan Korea," jelas Lanni yang mengaku belajar mendesain baju secara otodidak.
Untuk merancang baju pesanan, Lanny selalu melihat dulu kepribadian si pemesan. Caranya, lewat ngobrol panjang lebar. "Setelah itu baru saya gambar dan minta pendapatnya. Bisanya, sih, langsung cocok dan bisa segera dijahitkan setelah jenis kain disepekati," jelas Lanni yang mematok harga pembuatan satu baju muslim untuk Lebaran antara Rp 750 ribu sampai Rp 1,5 juta.
Meski didesain khusus, Lanni tak banyak mengambil fee dari jasanya mendesain. Bahkan bisa dibilang, jasa desain sebagai layanan tambahan bagi pelanggannya. Untuk menekan biaya, ia akan membuat 4-5 baju untuk satu rancangan. "Beli bahan kain sedikit dan banyak, kan, harganya beda. Makanya setiap rancangan biasanya saya bikin lebih dari satu."
Sasaran pembeli Lanni adalah para mahasiswa dan ibu-ibu muda. Strategi lain, Lanni juga membuka butik di Bandung Trade Centre Fashion Mall. Di butik ini, Lanni sengaja menjual baju-baju yang sebagian besar stok dari salon butik di rumahnya. "Jadi saya bisa sale barang-barang lama."
Henry, Krisna / bersambung
KOMENTAR