Alkisah, dua tahun silam, Riezka Rahmatiana (24) dan dua temannya, Erwin serta Angga, menyantap pisang ijo yang segar di sebuah rumah makan khas Sulawesi di Bandung.
Rasa pisang berbalut tepung hijau yang berpadu dengan vla nan manis, bubur sumsum, plus tambahan es batu itu, begitu menyegarkan mereka. Tiga sekawan berjiwa bisnis ini langsung punya ide untuk mengembangkan usaha pisang ijo tadi.
Yang jelas, sejak hari bersejarah itu, mereka jadi sering mampir ke restoran itu, "Untuk tanya-tanya resepnya. Memang enggak dijawab dengan detail, misalnya saja soal komposisi bahan. Namun, lama-lama kami jadi tahu bahan bakunya lalu kami coba bikin sendiri. Hasilnya, rasanya enggak enak, jauh beda dengan pisang ijo yang kami beli," tutur Riezka sambil tertawa.
Toh, tiga sekawan ini tak patah semangat. "Erwin tanya resep pisang ijo kepada kerabatnya di Makassar. Setelah dicoba, rasanya sudah mendingan." Bermodal nekat, mereka langsung membuka usaha pada Maret 2008 di kawasan Geger Kalong, Bandung dengan menggunakan etalase.
Harga sewa tempat Rp 300 ribu per bulan. "Kami bertiga yang beli bahan, masak, dan jualan secara bergantian, ditemani satu karyawan," kata Riezka yang kemudian memberi nama usahanya Just Mine Pisang Ijo.
Hari pertama, Riezka hanya membawa 25 porsi dengan harga Rp 5 ribu per porsi. "Cuma lima porsi yang laku. Hari berikutnya malah tidak ada yang beli sama sekali. Akhirnya, saya bagi-bagi ke pedagang lain di sekitar tempat jualan. Komentar mereka, rasanya tidak nyambung alias aneh," kisahnya dibarengi derai tawa.
Belum putus asa, tiga sekawan ini gerak cepat memperbaiki kualitas sampai akhirnya menemukan rasa yang pas. Es pisang ijo yang rasanya sudah di "jalan yang benar" itu akhirnya menarik minat pembeli. "Sebulan setelah diperbaiki, sehari bisa laku lebih dari 50 porsi!"
Tak puas dengan gerai di Geger Kalong, Riezka Cs membuka dua cabang lagi. Cabang terakhir di kawasan Ruko MTC Bandung, kini juga menjadi kantor Just Mine. "Ternyata banyak yang suka. Dari tiga tempat bisa sekitar 200-an porsi per hari. Untuk tempat baru, kami sudah menggunakan booth," lanjut mahasiswa Fikom Universitas Padjadjaran ini.
Untuk lebih meluaskan pasar, kata Riezka, mereka membuat brosur dan rajin ikut bazar. Pesanan demi pesanan dalam jumlah besar pun mulai berdatangan. "Ada bank yang pesan sampai 500 porsi. Wah, rasanya senang sekali. sejak itu, kami makin sering terima pesanan dalam jumlah besar."
Riezka yang beberapa bulan lalu menikah dengan Erwin Burhanudin ini, menyewa satu rumah khusus untuk memproduksi es pisang ijo,untuk terus berinovasi. Selain rasa orisinal, mereka menambah dengan variasi rasa lain seperti durian, cokelat, vanilla, dan stroberi.
KOMENTAR