Di usianya yang baru 15 tahun, Ade, sebut saja begitu, harus menanggung beban yang amat berat. Malu, takut, sakit, tertekan, semua menjadi satu. Siswi kelas 10 sebuah SMAN di Surabaya ini ketahuan sebagai pelaku pembuang bayi di WC guru sekolahnya. Bayi lelaki itu, menurut pengakuan Ade pada polisi, dilahirkan di kamar mandi rumahnya tanpa bantuan siapa pun. Ade ketahuan setelah sekolahnya mendatangkan bidan untuk memeriksa seluruh siswa setelah sekolah gempar karena penemuan mayat bayi itu. Giliran akan diperiksa, Ade sembunyi di kamar kecil. Lama sekali sehingga orang pun curiga.
Segera saja Ade jadi buah bibir, ramai dibicarakan di mana-mana. Ia syok dan segera dilarikan ke rumah sakit. Labil, begitu penyidik menyebut kondisi Ade. Ade, anak pasangan Suharyadi (36) dan Jumaiyah, berasal dari keluarga sederhana. Sang ayah bekerja sebagai tukang las kapal di Pelabuhan Tanjung Perak sementara ibunya adalah ibu rumah tangga. Mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Manukan Lor, Tandes, dengan sewa Rp 4 juta per tahun. Di rumah itu, Ade dan tiga saudara kandungnya harus berbagi ruang.
Kejadian yang menghebohkan ini, membuat Suharyadi kalang kabut karena bolak-balik harus berurusan dengan polisi. Ia pun terpaksa bolos kerja. Sementara sang ibu harus menemani Ade yang hingga kini masih dirawat di rumah sakit. "Kejadian ini membuat saya benar-benar malu. Saya sudah susah seperti ini, masih tertimpa musibah yang begitu berat," kata ibu empat anak itu dengan berlinang air mata.
Di malam Ade melahirkan, katanya, seisi keluarga ada di rumah. "Suami saya tidur sore karena capek pulang kerja. Saya juga enggak dengar suara apa-apa." Malam itu, Ade tidur dengan adik bungsunya yang cacat mental. Memang, katanya lagi, ia pernah curiga melihat tubuh Ade. "Kayak orang hamil. Bolak-balik saya tanya dan ajak ke dokter, dia selalu mengelak. Katanya, dia enggak sakit apa-apa." Kecurigaan itu akhirnya ia tepis mengingat selama ini perilaku putrinya baik-baik saja. "Sekolahnya pintar dan enggak pernah keluar malam. Makanya saya kaget, kok, jadinya seperti ini."
Dari mulut Ade pula, Jumaiyah tahu, ia digagahi kakak kelasnya saat SMP, Rah. "Kata Ade, dia dikasih minuman keras, setelah limbung kemudian diperkosa. Saya sangat berharap laki-laki itu segera tertangkap," katanya.
Selama menunggui Ade di RS, "Dia bolak-balik minta maaf karena sudah menyusahkan dan membuat malu orangtua. Saya tidak marah, malah terus membesarkan hatinya. Saya minta dia tetap sabar dan pasrah." Kini, lanjut Jumaiyah, "Saya enggak mau ingat-ingat peristiwa itu lagi kalau bicara dengan Ade. Sudah cukup penderitaan yang dia alami, saya tidak mau lagi mengungkit-ungkitnya," ujar Jumaiyah yang sudah berniat menguburkan jenazah cucunya di Malang.
Hingga Jumat lalu, Ade masih dirawat di RS dan akan segera dikonsultasikan ke psikolog mengingat kondisi jiwanya yang masih labil. Sementara Rah, pria yang diakui Ade sebagai ayah bayinya, masih dalam kejaran polisi karena ternyata sudah sejak dua bulan ini ia dicari-cari polisi setelah melakukan penganiyaan terhadap seseorang.
Gandhi M Wasono/ bersambung
KOMENTAR