Bangkit Lagi Setelah Bom Bali
Penampilan boleh sama, tetapi soal rasa pasti beda. Itulah kue lapis legit bikinan Willy Chan (39) yang berlabel Harum. Di Bali, lapis legit bikinannya amat kondang di kalangan wisatawan. Baik turis manacanegara maupun wiswatan lokal. "Wisatawan luar negeri lebih dulu mengenal lapis legit bikinan saya dibanding orang Bali sendiri," kata Willy yang sudah membuka usahanya sejak 1992.
Bisnis di bidang cake dan kue bukan barang asing bagi Willy. Ayahnya, William, adalah pengusaha roti. "Ihwalnya dikenal wisatawan asing itu karena ayah saya membuka usaha roti di Bali. Oleh karena tidak punya outlet khusus, roti bikinan ayah dipasarkan kakak saya." Sang kakak, David, bekerja sebagai pemandu wisata. Adalah David yang rajin mempromosikan roti dan kue buatan sang ayah. Turis dari Taiwan, Hongkong, Singapura, juga Malaysia diberinya sepotong lapis legit untuk dicoba. "Kebetulan dia pernah sekolah di Taiwan, jadi mahir berbahasa Mandarin."
Nah, begitu si turis suka dan ingin membeli, David mengantar si turis ke rumahnya. Tak jarang pula David membawa pesanan kue para turis ke hotel tempat mereka menginap. "Kata mereka, lapis legit bikinan kami lebih enak dibandingkan lapis legit yang banyak dijual di negara asalnya."
Sejak itu, lanjut Willy, para wisatawan yang pernah berlibur ke Bali, sebagian besar pasti menghubungi kembali David atau Willy dan minta lapis legit buatannya dikirim ke hotel. Tak hanya itu, mereka pun merekomendasi ke teman-temannya yang melancong ke Bali untuk membeli lapis legit Harum. "Jadi, cara pemasaran yang kami terapkan selama ini memang benar-benar dari mulut ke mulut," kata Willy.
Saat usaha sang ayah maju pesat, Willy yang kala itu bekerja di sebuah pabrik baja di Taiwan, kembali ke Bali. "Maksudnya mau bantu-bantu, enggak tahunya malah diminta meneruskan karena ayah sudah lanjut usia." Apa mau dikata, usaha yang dibangun dengan cucuran keringat itu nyaris hancur tak bersisa gara-gara tragedi Bom Bali I. Turis asing tak mau berkunjung ke Bali. Penjualan kue pun macet total. Akibatnya, tujuh karyawan dirumahkan dan hanya menyisakan satu orang.
Di tengah kesulitan itu, Willy mengajak David terus mencoba membuat lapis legit yang sama sekali tak menggunakan bahan pengawet itu untuk warga Bali atau turis lokal. Usaha mereka berhasil. Bisnis lapis legit pun menggeliat lagi. Agar pembeli tertarik, ia membuat variasi produk. Antara lain, roll cake dan kue kering. Lapis legit pun dibuat aneka rasa. "Kami seperti memulai usaha dari nol lagi," kenang Willy yang kini bisa tersenyum lebar kembali karena lapis legitnya laris-manis.
Kendati penampilannya tak mewah, toko kue Happy tak pernah sepi pembeli. Terlebih menjelang hari-hari besar. Toko yang berada di Jalan Haji Nawi Raya No 18, Jakarta Selatan, ini sudah ada sejak 1976 dimiliki Gunaifi Lay (77). Kini, putri sulung Gunaini, Liena Gusman (50), meneruskan usaha sang papa.
Keistimewaan kue Happy terletak pada resep tradisional dan menggunakan bahan-bahan impor. Hal ini membuat cita rasa kue lembut di lidah, beraroma harum, dan tidak kering karena sedikit berminyak.
Gun berkisah, 30 tahun silam ia memulai usahanya dengan modal Rp 7.000. Itu pun uang pinjaman. Kala itu, Gun dan Tjendra, istrinya, baru hijrah dari Palembang dan ingin mengadu nasib di Jakarta. "Anak-anak dititipkan ke orangtua, kami tinggal di kamar kos di kawasan Petojo."
KOMENTAR