Kami mencoba memaksimalkan tiga lantai toko ini. Lantai satu berisi bunga-bunga satuan. Jadi, pembeli bisa memilih sendiri bunga-bunga apa saja yang ingin dirangkai. Kami punya 2 orang flower artist dan 4 orang dekorator yang siap membantu pelanggan. Mereka ini kami sekolahkan dulu kepada guru yang spesial mengajari cara merangkai bunga artifisial. Karena merangkai bunga asli dengan tiruan sangat berbeda.
Memang, saya keluar biaya cukup banyak untuk itu. Tapi tidak apa-apa lah. Bagi saya, memiliki pegawai yang piawai merangkai dan mendekor bunga artifisial merupakan sebuah aset. Kemudian, lantai dua dipenuhi rangkaian bunga yang sudah jadi sekaligus contoh penempatan rangkaian. Sementara itu, lantai tiga adalah tempat vas dan pernak-pernik.
Bagaimana dengan harganya?
Sangat bervariasi. Mulai dari daun-daunan, per helainya Rp 2.500, sampai rangkaian bunga dan vas yang berharga puluhan juta rupiah. Produk yang paling digemari adalah bunga artificial anggrek putih, yang dibandrol seharga Rp 800 ribu per lima tangkai. Bunga-bunga lain seperti mawar pun bervariasi harganya, tergantung jenis dan ukuran.
Tidak susah, kok, merawatnya. Yang penting tidak terlalu sering dipindah-pindah agar tidak cepat kendur rangkaiannya. Kalau punya taman kering, pastikan tidak sering diinjak-injak orang. Bersihkan bunga secara berkala. Bisa dilap saja dengan air atau dicuci. Di Blömst, kami menyediakan jasa laundry untuk pelanggan yang membeli bunga disini. Kami juga bisa merangkai ulang dan mengencangkan rangkaian yang kendur. Toko kami satu-satunya di Jakarta yang menyediakan servis ini.
Katanya Anda juga jago merangkai bunga, ya?
Ha ha ha. Lebih tepat kalau disebut hobi. Saya memang suka mencoba-coba merangkaikan bunga yang satu dengan yang lain. Kalau tidak cocok, saya bongkar pasang lagi. Saking senangnya merangkai bunga, hari Sabtu atau Minggu pun sering saya habiskan di toko untuk merangkai bunga. Apalagi kalau ada kiriman bunga-bunga baru. Kalau bagus, saya bawa pulang dan dipajang di rumah. Mungkin ada orang yang melihat aneh, kok, laki-laki tapi mengurusi bunga seperti wanita. Saya, sih, cuek saja. Toh, banyak juga koki atau penata rambut hebat di dunia tapi laki-laki. Kenapa harus malu? Bagi saya, merangkai bunga bukan hal yang sulit, karena passion saya memang di situ. Padahal, latar belakang saya adalah dunia fotografi, ha ha ha. (Riswandi sempat belajar fotografi di Academy of Art University, AS.) Tapi menurut saya sama saja.
Karena ini bisnis keluarga, Anda melibatkan istri dan anak-anak juga?
Wah, kedua anak-anak saya masih sangat kecil, Alden Winata (4) dan Andrea Kurnia Winata (1). Kalau saya ajari merangkai bunga malah dicabutin, ha ha ha. Tapi mereka sudah saya perkenalkan dengan konsep warna dan bentuk bunga-bunga. Supaya mereka terbiasa melihat keindahan. Sementara itu, istri saya, Agustin, hingga kini menangani urusan impor di kantor Mangga Dua.
Ajeng
KOMENTAR