Sabtu (19/6) menjelang subuh, Wawan Hermawan (31) bersiap berangkat kerja ke kantornya di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Hari itu, pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir di perusahaan tanker itu, harus tugas luar kantor. Usai bangun tidur, Wawan langsung ke dapur sementara sang istri yang tengah hamil 8 bulan, Murniati (28) dan si sulung Amel (6), duduk di ruang tamu. Saat menyalakan kompor, terjadi ledakan dari tabung gas ukuran 12 kg. Duarrr!
Saking kerasnya ledakan, tubuh Wawan terpental menabrak kaca jendela dan terlontar ke luar rumah. Api pun langsung membesar dan mulai membakar rumah. Sadar rumahnya dilalap api, Wawan bangkit dan menerobos masuk lewat jendela yang sudah pecah itu. Wawan bergegas membawa keluar istri dan anaknya yang masih teringgal di dalam rumah. Sama seperti Wawan, kedua tubuh orang terkasihnya juga terbakar. Sekuat tenaga Wawan menyelamatkan anak dan istrinya. Sambil terhuyung, ia berteriak minta tolong. Begitu berhasil keluar dari kobaran api, ia sempat melihat rumah mungil yang selama ini mereka tempati, roboh, nyaris tak bersisa. "Yang ada dalam benak saya waktu itu hanya menyelamatkan anak dan istri," ujar Wawan Selasa (22/6) saat ditemui di RS MH. Thamrin, Jakarta Pusat.
Wawan, Murni, dan Amel harus dirawat untuk mengobati luka bakar mereka. Murni menderita luka bakar nyaris di sekujur tubuh, kecuali perut. Sementara Wawan, luka di bagian kepala, tangan, dan kakinya. Akan halnya Amel yang menderita luka bakar 40 persen, setelah dirawat di RS, Rabu (30/6), telah meninggal dunia.
Wawan mengaku tidak sedang merokok saat menyalakan kompor. "Memang, sih, beberapa hari sebelumnya, saya mencium seperti bau gas bocor tapi saya pikir itu bau tumpukan sampah di depan rumah yang kena air hujan." Kini Wawan tambah berduka, setelah Amel meninggal.
Gara-gara ledakan itu, Murni yang sehari-hari bekerja di pabrik konveksi di Tangerang, terpaksa melakukan persalinan mendadak. Bayinya dioperasi Caesar Sabtu malam itu juga. Berarti si jabang bayi lahir tiga minggu lebih cepat dari jadwal perkiraan persalinannya. "Alhamdulillah, bayi perempuan kami lahir selamat dan sehat. Sekarang sudah dibawa pulang kakak saya," ujar Murni yang tak bisa memberi ASI kepada si kecil. Bahkan memberi nama untuk anaknya, belum sempat dilakukan. Murni juga sulit bicara karena bibirnya melepuh.
Kakak kandung Murni, Mun, berkisah, sebetulnya ia sudah punya firasat buruk sebelum mengalami musibah itu. Lima hari sebelum kejadian, katanya, nasi yang dimasaknya berbau tak enak sehingga terpaksa dibuang. "Bukan basi, tapi bau banget. Itu terulang sampai tiga hari berturut-turut. Saya jadi bingung. Sempat saya tanyakan ke warung tempat saya beli beras, tapi katanya pembeli lain tak ada yang komplain. Penjualnya bilang, mungkin ada saudara yang sakit. Mungkin itulah arti firasat itu."
Hasuna/ bersambung
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR