"Setelah miring ke kiri, tiga gerbong logawa meleset dari rel lalu terguling (Foto:Gandhi W) "
Jalan raya Nganjuk-Madiun sejak Selasa mendadak jadi ramai. Orang yang melintas di situ pasti berhenti atau minimal mengurangi laju kendaraannya lalu melongokkan kepalanya. Ya, di daerah itulah kereta api ekonomi Logawa jurusan Purwokerto-Jember terguling, Selasa (29/6) siang. Dari sebelas rangkaian, tiga gerbong bagian belakang kereta itu "meleset" dari rel lalu terjun bebas ke jurang sedalam 15 meter. Alhasil, enam penumpang tewas dan 75 lainnya luka berat dan ringan. Para petugas terus berusaha mengevakuasi gerbong yang terhempas, sekaligus memperbaiki rel maupun bantalan yang berantakan agar jalur itu bisa segera digunakan kembali. Seperti apa dahsyatnya peristiwa itu, berikut penuturan sejumlah saksi mata.
SERASA DIKOCOK DALAM KALENG
Selama ini Puji Astutik (37) bersetia menggunakan jasa KA Logawa untuk bepergian ke mana pun. "Bapak saya, kan, di Yogya, jadi setiap pulang ke sana pasti naik KA ini. Selama itu, tidak pernah ada masalah. Nyaman-nyaman saja," tutur warga Jalan Gubeng Airlangga, Surabaya, ini ketika ditemui di RSUD Caruban.
nova.id
Logawa Miring Lalu Terguling 1
"Para pekerja berusaha menyingkirkan bangkai gerbong di jurang (Foto:Gandhi W) "
Puji yang sedang hamil anak pertama ini bertutur, Selasa nahas itu, ia bersama ayah-ibu serta tiga keponakannya naik Logawa dari Purwokerto menuju Surabaya. "Dari Purwokerto, kereta penuh tapi sampai Madiun, penumpang di gerbong saya tinggal separuh. Makanya saya bisa duduk santai, tidur-tiduran karena banyak kursi kosong. Orangtua dan keponakan saya juga bisa tidur-tiduran karena gerbong lega," kata Puji yang berada di gerbong belakang.
Sekitar 500 meter menjelang Stasiun Wilangan, Nganjuk, tiba-tiba Puji merasa posisi kereta miring ke kanan lalu menikung. "Kayaknya ada yang enggak beres." Benar saja. Tiba-tiba badan kereta yang tengah berjalan tidak terlalau kencang itu menimbulkan suara grek...grek...grek. Dalam hitungan detik, gerbong miring ke kiri dan secepat kilat terpelanting ke kiri, lepas dari rangkaian. "Lalu gerbong terguling-guling ke dalam jurang sedalam lebih dari 15 meter. Suara takbir dari para penumpang langsung menggema. Badan saya rasanya seperti dikocok-kocok dalam kaleng. Dari rak atas, barang-barang berjatuhan menimpa badan saya. Saya refleks melindungi perut karena sedang hamil. Seingat saya, kami terguling-guling sampai lima kali."
Puji amat bersyukur karena kandungannya tetap sehat meski wajah dan kakinya lebam. Meski seluruh keluarganya selamat, ibunya, Sukarmi (57), mengalami patah tulang pada tangan kirinya. Sementara sang ayah, Ngadiyono (67)m harus dioperasi bagian batang hidungya yang patah. "Bagi kami kejadian ini benar-benar mukjizat, sebab gerbong saya, kan, paling belakang jadi paling banyak terguling-gulingya," kata Puji dengan nada lega.
Gandhi Wasono/ bersambung
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Cara Menghilangkan Noda Kunyit di Baju. Bisa Pakai Sabun Cuci Piring
KOMENTAR