Cara menghijaukan lingkungan juga dilakukan warga RT 01 RW 03 Kelurahan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Berawal dari pelatihan para kader untuk pemilahan sampah dan penghijauan yang dilakukan sebuah perusahaan. Selanjutnya para kader menyebar "virus" penghijauan lingkungan ke warganya.
Sebagai pancingan, warga RT diberi satu pot agar ditanami. Lalu para kader memberi contoh dengan membeli dan menanam bunga hingga akhirnya warga lainnya tertarik. Awalnya tak semua warga mengikuti apa yang dilakukan kader Upik (46) dari RT 01. Namun, ketika ia dan kelompoknya menjuarai lomba Jakarta Green & Clean se-DKI Jakarta tahun 2006, akhirnya semua warga ikut-ikutan melakukan penghijauan. Tahun berikutnya juara lagi dalam kategori Terkonsisten. Bahkan untuk tingkat RW, mereka mampu menjadi juara nasional pada kejuaraan yang sama.
Kunjungan tamu dari dalam dan luar negeri yang ingin belajar mengelola sampah dan lingkungan pun hilir-mudik menyambangi wilayahnya. Yang mengharukan, ketika RT 01 meraih juara nasional, kini sampah di wilayah itu diolah menjadi barang kerajinan tangan. Antara lain, gantungan kunci atau suvenir pernikahan yang lalu dijual. Hasilnya, untuk menambah uang kas RT.
Lain lagi yang dilakukan Roosie Setiawan (54) dan Riyanti Pradigdo (56) tahun 2009. Warga dari kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan ini memandang Pondok Indah saat itu masih ada sampah berserakan di sana-sini. Pemikiran inilah yang menjadi landasan keduanya membentuk Komunitas Hijau Pondok Indah (KHPI).
Peta hijau PI ini lalu dijual ke warga PI seharga Rp 15 ribu dalam acara Green Fair untuk menyosialisasikan KHPI yang diadakan tak lama setelah itu. Selain itu, KHPI juga mengadakan workshop peta hijau. "Kami ingin membangun kesadaran warga untuk menjalani green lifestyle," imbuh Roosie. Gay hidup 'hijau' ini, menurutnya, dikembangkan KHPI tak hanya dengan menjaga kebersihan dan memanfaatkan lingkungan sekitar rumah, melainkan juga di dalam rumahtangga.
Caranya, dengan memberi penyuluhan pada para pembantu rumahtangga di lingkungan PI soal pemilahan sampah. "Dengan cara ini bisa mempermudah pemulung memungut sampah kering," jelas Roosie.
KHPI beranggotakan 30 orang dan terbuka untuk umum. Peta hijaunya pun bisa dibeli siapa saja. "Soal taman, kami ingin warga memanfaatkan keberadaannya secara maksimal. Sayang kalau dibiarkan begitu saja. Ada taman anjing untuk warga yang senang mengajak anjingnya jalan-jalan, ada taman untuk berolahraga tai chi, dan sebagainya," pungkas Roosie.
Hasuna Daylailatu
KOMENTAR