Kebijakan ini sangat menguntungkan Wawan. "Banyak yang kemudian membeli hiasan wayang ini untuk dekorasi rumahnya. Beberapa pembeli malah ada yang pesan sesuai keinginan. Sekarang ini, saya menggarap 20-an fragmen. Misalnya saja Pandawa Lima, Goro-Goro, Kahyangan, Kresna Duta. Favorit pembeli adalah Pandawa Lima, tapi ada saja yang pesan di luar itu. Tentu saja saya menyanggupi permintaan pembeli."
Selama ini, tutur Wawan, tidak ada permintaan fragmen adegan perang. Konon kabarnya, adegan perang bisa menyulut suasana panas di dalam rumah tangga. "Meski mitos, masih banyak masyarakat yang percaya. Sebaliknya, suasana damai seperti fragmen Pandawa Lima, mendatangkan suasana tenteram. Malah ada pembeli cerita, gara-gara beli fragmen Panda Lima, usahanya jadi berjalan lancar."
"Fragmen Kresna Duta (Foto: Henry) "
TAMBAH JAM KERJA Wawan sering mengirim produknya ke luar kota. "Permintaan dari Jakarta terus saja ada. Ada lagi permintaan dari Lampung dan kota-kota lain. Untuk kirim ke luar kota, saya mengepak hiasan dinding berkaca ini cukup hati-hati. Selama ini, sih, aman-aman saja sampai di tangan pembeli."
Di masa liburan ini, Wawan mengaku kerepotan. Permintaan meningkat, sementara produksi tak bisa diburu-buru. Untuk mengatasinya, ia dan ibunya langsung berkreasi usai bangun pagi. Ia baru istirahat sampai jam 11 malam. "Yang bisa saya lakukan hanya menambah jam kerja. Untuk tambah karyawan, sekarang ini masih sulit. Tidak gampang mendidik orang untuk menggambar wayang kulit. Apalagi bentuknya kecil, perlu ketelitian tersendiri."
Kerajinan Wan's Craft ini memang unik. "Kreasi kami tidak sama dengan wayang kulit lain. Biasanya, kan,wayang dibuat dari kulit, sementara garapan saya ini dibuat dari kertas HVS yang dilapis karton tebal. Pewarnaannya menggunakan tinta poster. Setahu saya, belum banyak yang menekuni usaha ini. Makanya dari sisi pasar, peluangnya masih terbuka luas."
Selain hiasan dinding, Wawan juga menggarap replika berbentuk tiga dimensi. Yaitu tentang ruwatan. Lengkap dari miniatur dalang memainkan lakon Batara Kala, sampai alat-alat sesaji. "Meski enggak banyak, ada saja permintaan," katanya yang menargetkan untuk memperbesar produksi.
Nah, Anda pun sekarang bisa nanggap wayang kulit setiap saat.
Henry Ismono
KOMENTAR