Sepanjang hayatnya, menurut Mommy, Ainun adalah ibu yang sangat memperhatikan kesehatan suami dan kedua putranya, Ilham serta Thareq, plus enam cucunya.
"Ibu pintar masak, lho, dan sering masak untuk suami dan kedua putranya. Tapi sejak didiagnosis sakit jantung, Ibu memilih masak makanan yang sehat. Biasanya ada nasi, ayam, dan daun seledri, dicampur-campur. Saya enggak tahu bagaimana cara memasaknya. Kalau camilan, Ibu dan Bapak suka pisang goreng. Kudapan ini sering banget ada di rumah mereka."
Mommy pun tak dapat menahan jatuhnya airmatanya ketika menceritakan masa-masa terakhir Ainun. Kamis (22/4) saat ia berbincang di dapur kediaman mantan Ibu Negara itu, Ainun sempat memperlihatkan perutnya yang membesar dan kakinya yang bengkak. "Baru sekali itu Ibu menceritakan penyakitnya. Itu pun tanpa mengeluh." Ketika Mommy berbagi cerita tentang empat orang rekannya yang menderita kanker, "Ibu hanya diam tak berkomentar. Ah, andai saja saya tahu Ibu menderita kanker stadium empat," tutur Mommy terbata-bata.
Yang pasti, kata Mommy, tidak ada momen yang lebih mengharukan dan membanggakannya ketika Ainun dan Habibie memutuskan untuk menunda keberangkatan mereka ke Jerman demi menghadiri acara pernikahan putra sulungnya.
"Ibu bilang akan berangkat ke Jerman setelah anak sulung saya menikah. Kebetulan, Minggu (25/4) putra saya menikah dan Bapak hadir sebagai saksi tapi Ibu tidak bisa hadir karena sakit. Pulang dari pernikahan anak saya itulah, baru Ibu mau berangkat ke Jerman untuk berobat. Saya sama sekali tidak menyangka setelah itu kami tidak bertemu lagi," kata Mommy.
Kendati Ainun sudah tiada, Mommy masih tetap bisa merasakan kehadiran almarhumah dari karya-karyanya. Salah satunya, mengurus Yayasan Orbit. "Tugas saya adalah mencari anak-anak kurang mampu untuk dibiayai pendidikannya. Ibu memang memiliki jiwa sosial yang tinggi."
Pasca suaminya lengser dari kursi kepresidenan, Hasri Ainun Habibie sempat bermukim di Jerman selama tiga tahun. "Dia harus menjalani perawatan untuk penyakit bronchitis dan jantung yang diidapnya. "Mbak Ainun sejak awal 90-an sudah sakit jantung dan sempat menjalani operasi. Jantungnya benar-benar dibedah karena kerusakan terjadi di klepnya," tutur Tumbu Astiani Ramelan, sahabat dekat Ainun.
Akibat penyakit brochitisnya itu pula, kata Tumbu yang sudah bersahabat dengan keluarga Habibie sejak 1963, Ainun pindah ke Jerman untuk menghirup udara dingin dan kering. "Mbak Ainun dan Pak Habibie juga sering naik kapal pesiar. Biasanya sampai satu bulan. Tujuannya agar sebanyak mungkin menghirup udara laut yang bagus bagi bronchitisnya. Setahu saya, tanggal 22 April itu Mbak Ainun akan naik kapal pesiar, bukan untuk operasi kanker."
Tumbu menambahkan, usai operasi jantung dulu itu, "Banyak aturan dokter yang harus diterapkannya. Misalnya, cairan konstan harus tepat. Tidak boleh lebih. Dengan kata lain, Mbak Ainun sejak itu tergantung dengan obat-obatan. Jadi, ketika diberitakan menderita kanker dan sudah menyebar ke mana-mana, itu amat mengejutkan banyak pihak. Termasuk saya," papar istri Mantan Menristek Rahadi Ramelan ini.
Terakhir kali bertemu Ainun adalah empat hari sebelum sahabatnya itu berobat ke Jerman. Kebetulan waktu itu ada acara pelantikan pengurus Yayasan Ria Pembangunan (organisasi para istri menteri kabinet era Orde Baru, Red.) di kediaman Ainun. "Saya lihat, dia baru bicara beberapa patah kata, kok, sudah menarik napas. Lalu saya tanya penyebabnya. Katanya sedang tidak enak makan. Dia tidak bilang apa-apa soal kanker. Bisa jadi dia malah tidak tahu kalau punya penyakit kanker karena pengobatan selama ini difokuskan untuk bronchitis dan jantung."
Kala Ainun mengungkapkan rencananya naik kapal pesiar tanggal 22 April itu, Tumbu sempat berpesan agar Ainun menjaga kesehatan. Kemudian Ainun mengucapkan kalimat terakhirnya yang hingga kini masih dikenang oleh kolektor batik ini. "Kalau aku sembuh, aku kabari.
RINI SULISTYATI
KOMENTAR