Agar menguasai medan, para kepala unit biasanya juga diambil dari orang-orang yang berasal dari daerah sekitar. "Ya, mereka lebih tahu karakter para nasabahnya."
Bank lain yang juga mengucurkan modal usaha mikro adalah Bank Mandiri. Meski sebenarnya sudah lama punya layanan kredit kecil, tapi bank ini baru fokus dengan membentuk divisi mikro mulai awal 2005. "Ini komitmen dari Manajeman Mandiri," kata Ahmad Wahyudi, Assistant Vice President Micro Business Group, Bank Mandiri.
Selama 5 tahun berjalan, ternyata sambutan masyarakat luar biasa. "Mungkin karena segmen ini tidak rentan dari krisis global," tandas Wahyudi seraya menambahkan sampai saat ini pihaknya sudah punya 400 ribu lebih nasabah mikro, dengan rata-rata pinjaman Rp 25 juta. "Ada yang Rp 10 juta, ada juga yang Rp 50 juta atau Rp 100 juta."
Dibandingkan BRI, proses peminjaman di Mandiri lebih cepat. "Standar yang kami tetapkan tak boleh lebih dari 3 hari." Artinya, lanjut Wahyudi, jika persyaratan dari calon nasabah cukup, prosesnya tak akan lebih dari 3 hari. "Kalau lebih, berarti sudah melewati batas yang kami tetapkan."
Kecepatan sangat penting karena bisnis selalu menutut serba cepat. Apalagi jika menjelang Lebaran, masuk sekolah atau liburan. "Kan, banyak pengusaha yang harus menyetok barang dan perlu modal tambahan."
Selain kecepatan, calon nasabah juga dimudahkan dengan persyaratan yang sederhana. Untuk kredit di bawah Rp 50 juta, selain identitas diri juga ada izin usaha dari Kelurahan atau Kecamatan. "Tapi, kalau sudah di atas Rp 50 juta harus ada SIUP dan NPWP," tambah Wahyudi.
Kedekatan juga menjadi syarat utama bagi para calon kreditur Mandiri. Maksudnya, secara fisik usaha yang akan dimodali Mandiri jaraknya tak boleh lebih dari 5 Km. Selain itu, para nasabah juga dikenali oleh para Kepala Unit Mikro atau tenaga sales-nya. "Untuk pembiayaan mikro ini, kami, kan tidak mensyaratkan legal formal. Makanya kedekatan silaturahmi ini sangat penting."
Itu sebabnya, peran para tenaga pemasaran ini amat penting. Selain harus mengenali usaha para calon nasabah, setelah dikucuri kredit pun, para sales harus terus memantau perkembangan usaha nasabahnya. "Mereka wajib bersilaturahmi kepada nasabahnya."
Untuk urusan pinjaman mikro ini, silaturahmi para sales ke nasabah, kata Wahyudi sangat penting. "Kalau melihat dagangan tokonya makin lama makin menyusut, ya harus ditanya penyebabnya dan segera diantisipasi," kata Wahyudi.
Selain memantau perkembangan usaha nasabah, para sales juga bisa sekaligus meng-collect tabungan. Kok, tabungan? "Ya, kami memang menyarankan, angsuran para nasabah diambil dari tabungan mereka."
Wahyudi mencontohkan, jika nasabah punya kewajiban mengangsur tiap bulan Rp 1 juta, maka sebaiknya tiap minggu menabung Rp 250 ribu. Syukur bisa lebih. "Jangan ditunggu sampai jatuh tempo, takutnya uang itu terpakai keperluan lain."
Yang penting, lanjut Wahyudi, angsuran itu jangan sampai jadi beban. "Makanya kami juga memberikan kredit sesuai kemampuan nasabah."
Bisnis memang tak selalu lancar. Ada kalanya macet atau omset jadi menyusut, hingga nasabah tak mampu membayar angsuran. "Ya, kami bisa melakukan penjadwalan ulang. Misalnya, kalau dia tak mampu lagi membayar angsuran yang semula Rp 1 juta, maka angsuran bisa diturunkan jadi Rp 600 ribu. Hanya saja, jangka waktunya pasti jadi lebih panjang."
SUKRISNA
FOTO-FOTO : SUKRISNA
KOMENTAR