Tak semua usaha bisa jalan dengan bantuan bank. Ini yang dirasakan oleh H. Armen Rusli (56) pedagang garmen yang kini punya 5 kios di Cipadu. "Contohnya pengusaha garmen. Enggak mungkin mereka ambil modal dari bank," kata ayah 2 anak ini. Alasannya, untuk sekali produksi, misalnya celana jins, butuh waktu paling tidak 1,5 bulan.
Proses mulai dari mengambil bahan, memotong, menjahit, memasang aksesoris, dan mencucinya. Nah, setelah semua selesai, baru dikirim ke pedagang. Langsung dapat uang? Belum! Ia harus menunggu dua bulan lagi. "Kalau untuk produksi modalnya pinjam dari bank, ya enggak bisa. Karena begitu diberi modal, kan, bulan berikutnya harus mengangsur. Uang dari mana?" jelas Armen yang hingga kini masih punya cicilan ke bank.
Hanya saja, untuk pinjam ke bank, Armen memilih membuka rekening koran. "Bunganya tidak akan menjerat. Karena saya hanya membayar bunga uang yang saya pakai. Sementara yang mengendap di bank, tidak dikenakan bunga," jelas Armen yang juga banyak dikucuri modal dari Kospin (Koperasi Simpan Pinjam) dan Bank Nagari. Dibandingkan bank lainnya, Armen lebih senang meminjam di dua tempat itu. "Saat meminjam di Kospin, semua pembukuan usaha saya yang mencatat orang Kospin. Jadi, ibarat saya punya pegawai tapi tidak menggaji."
Tak hanya itu, pegawai Kospin pun kerap memberi order kepada Armen. Armen menyarankan para pengusaha yang punya pinjaman kredit di bank harus disiplin. Uang benar-benar harus untuk usaha. "Contohlah manajeman rumah makan Padang. Semua pengeluaran harus dicatat dan nanti diperhitungkan." Misalnya pemilik mengundang temannya makan, di akhir bulan, apa yang dimakan itu akan dihitung dan harus dibayar atau bagiannya akan dipotong."
Begitu pula soal penghitungan tempat usaha. "Meski punya sendiri, tetap saja harus disisihkan uang sewanya," jelas warga Pondok Ranji, Jakarta Selatan ini. Begitu pun jatah uang angsuran, harus benar-benar dijaga. "Soalnya, begitu nunggak, bunganya ikut berbunga."
Selain disiplin, Armen pun menyarankan, agar tetap dipercaya bank. Ada baiknya, setiap cek yang dikeluarkan tidak bermasalah. "Sekali bermasalah, itu sudah tercatat di Bank Indonesia. Jadi, hati-hati." Tak hanya itu, kartu kredit yang pernah macet pun bisa menghancurkan reputasi para calon nasabah yang akan minta kredit di bank. "Meski tunggakannya kecil, lho."
KRISNA
KOMENTAR