Sejak suami Endang Rachmy (50) meninggal pada tahun 2004, Rachmy mulai merintis usaha sulamnya yang diawali dari ketidaksengajaan, saat Rachmy mengajar keterampilan di Sekolah Luar Biasa tak jauh dari tempat tinggalnya. Setelah enam bulan berlalu, Rachmy yang belajar sulam secara otodidak ini mulai mengembangkan materi yang ia ajarkan dengan mengajar menyulam. Rupanya, sulaman yang dibuat di atas kain belacu dan dijadikan tas itu laku dijual seharga Rp 20 ribu. Rachmy lalu menyediakan bahan dan membuat tas sulaman lebih banyak lagi di bawah bendera Rumah Sulam Rachmy. Peminat tas sulaman yang ia hasilkan makin banyak, butik-butik seperti Danar Hadi, Allure atau Martha Tilaar pun lalu menjadi pelanggan Rachmy.
Pesanan terus bertambah, termasuk dari toko suvenir Istana Negara. Padahal, modal yang ia gunakan saat itu hanya beberapa ratus ribu rupiah untuk membayar dua orang tukang jahit. Meningkatnya permintaan membuat Rachmy terpikir untuk menambah modal dan mulai memisahkan uang hasil berjualan tas sulam dengan uang belanja. "Saya diberi tahu orang kalau bisa mendapat pinjaman."
Bak gayung bersambut, saat mengunjungi pameran InaCraft tahun 2005 bersama murid-murid SLB, secara tak sengaja ia berhenti di depan stan Jasa Raharja. "Saya berbincang dengan Ibu Puji dari Jasa Raharja yang mengatakan saya bisa mendapat pinjaman dan menjadi mitra binaan." Tergiur dengan fasilitas pameran yang bisa didapat, tanpa pikir panjang Rachmy pun menyetujui. "Awalnya saya mengajukan Rp 5 juta saja, tapi tidak disetujui. Saya malah diberi kredit Rp 25 juta."
Setelah melalui proses wawancara dan disurvei ke rumah, kredit pun dikucurkan. Uang Rp 25 juta itu langsung digunakan untuk membeli tiga buah mesin jahit, mesin bordir, dan bahan-bahan dasar lainnya. Di bulan kedua, Rachmy mulai membayar cicilan kredit.
Dalam mengelola uang pinjaman, wanita yang sudah meluncurkan dua buku tentang sulam ini punya kiat tersendiri. Setiap ada uang masuk, Rachmy langsung menyisihkannya untuk membayar gaji pegawai yang dihitung dari tiap tas yang dibuat.
Di awal bulan, butik-butik yang membeli tas sulamnya menyetor uang dan langsung ia gunakan untuk membayar cicilan kredit. "Enaknya, uang itu langsung dipotong secara otomatis oleh Bank Mandiri dari rekening saya," kata Rachmy yang mengaku amat terbantu dengan fasilitas kredit usaha. Tak hanya pinjaman dana, Rachmy pun bisa berkonsultasi seputar usahanya.
SITA
KOMENTAR