Tetapi, warga tak bisa langsung menolong sang bayi. Pasalnya, selain ia tergeletak di dasar kakus yang agak dalam, lubang kakus itu tidak memungkinkan untuk dimasuki badan manusia dewasa.
Akhirnya, warga membongkar permukaan kakus yang tersusun dari tumpukan bambu itu.
Pembongkaran dilakukan pelan-pelan agar tidak menyebabkan terjadinya reruntuhan ke bawah yang bisa mengenai si bayi. Proses itu akhirnya memang memperlambat pengangkatan bayi.
"Kami harus berhati-hati membongkar lantai bambu kakus, takut reruntuhan tanah dan bambunya masuk ke dasar kakus dan menimpa bayi malang itu," ujar Wasiat, warga RT 28 RW 4 Dusun Sidomulyo, yang ikut membantu proses evakuasi bayi.
Saat diangkat, tubuh bayi itu terasa sangat dingin dan berbau busuk karena seluruh tubuhnya terkena tinja bercampur air kencing. Agar bayi yang sempat diduga terluka itu tak terlalu sakit ketika diangkat, maka warga menggunakan daun talas yang dipetik dari pohonnya di dekat kakus untuk menggendong sang bayi.
"Saat tubuhnya dibersihkan, ternyata bayi itu tidak mengalami luka. Bahkan memar juga tidak ada sama sekali. Kami tak habis pikir. Tetapi, karena kami takut terjadi sesuatu yang membahayakan, bayi itu kami bawa ke rumah Bu Bidan," tambah Ngatemi, seorang warga.
KOMENTAR