COFFEE STOP
Untuk mengembangkan bisnis café yang sudah berjalan, PT Semesta Selaras menambah satu lagi cabang bisnisnya yang diberi nama Coffee Stop, bisnis retail dengan fokus pada produk kopi siap minum dengan konsep penjualan luar ruang.
Target konsumen yang dibidik tentunya adalah pencinta kopi dengan mobilitas tinggi. "Pokoknya, para traffickers," terang Ario Herdianto (29), Operational Manager PT Semesta Selaras. Untuk itu, mereka memilih lokasi-lokasi yang mudah dijangkau para pengguna jalan yang ingin rehat dan ngopi sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Lokasi-lokasi yang menjadi pilihan antara lain pusat pengisian bahan bakar atau SPBU dan tempat peristirahatan di jalan tol.
Desain Coffee Stop sangat unik. Bila dilihat dari jauh, bentuknya mirip coffee float atau es krim. Ide desain cantik dan kompak itu datang dari tim Coffee Stop. Warna-warna yang dipilih adalah warna atraktif sehingga mudah menarik perhatian orang yang melewatinya. Selain booth, Coffee Stop juga menyediakan bangku dan meja untuk konsumen yang ingin minum di tempat. Desain bangku pun tak kalah unik.
Untuk mengembangkan bisnis retail ini, manajemen Coffee Stop memberlakukan sistem waralaba. Peminat diharuskan membayar Rp 75 - 80 juta di bulan pertama untuk mendapatkan booth, lengkap dengan semua peralatannya. Bulan berikutnya, hanya perlu membayar Rp 1 juta per bulan.
Dengan modal tadi, proyeksi laba yang didapat setelah dikurangi ongkos sewa tempat dan gaji karyawan, sekitar Rp 5 juta per bulan. "Ini dari target minimal penjualan 30 cup sehari dengan harga kopi Rp 11.900. Kalau bisa menjual lebih dari itu, pendapatannya bisa lebih tinggi lagi."
Gara-gara doyan makan hot dog, kini Beno Pranata (36) malah jadi juragan hot dog di Indonesia. Awalnya, tahun 2003, Beno melakukan survei untuk mencari ide bisnis yang akan ia kembangkan. Hasilnya, hot dog yang merupakan makanan favoritnya masih jarang dijual di Indonesia. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuka 'lapak' hot dog. Nama yang ia pakai pun mudah diingat, Hot Dog Booth. Sesuai namanya, ia pun menggunakan booth untuk berjualan. Kebetulan, saat itu, bisnis yang menggunakan booth modern masih jarang. Pada 5 Januari 2004, Beno resmi membuka gerai Hot Dog Booth pertamanya di Kemang, Jakarta Selatan.
Tak butuh waktu lama, gerai-gerai Hot Dog Booth yang lain segera bermunculan. Desainnya cukup sederhana, berbentuk kotak dengan warna merah dan kuning yang mencolok. Lokasi yang dipilih pun sangat strategis, terletak di pusat keramaian luar ruang.
Untuk mempermudah promosi, Beno bekerja sama dengan sejumlah brand yang sudah dikenal masyarakat untuk 'ditebengi'. Ia memilih Pertamina, Petronas, dan Circle K. Akibatnya banyak orang yang menyangka Hot Dog Booth adalah merek asing. Di satu sisi, Beno mendapat keuntungan karena sebagian orang Indonesia cukup fanatik dengan segala sesuatu yang berasal dari luar negeri.
Formula itu, lanjutnya, antara lain adalah rasa, harga, logo atau imej yang dikenal, stabilitas, dan ada di banyak tempat. Kini, bisnis yang menggunakan booth semakin banyak. Beno pun tak kehabisan ide. Jika dulu menggunakan konsep luar ruang, kini konsep dalam ruang pun dirambahnya. Beno kini punya 3 pilihan untuk ditawarkan pada calon franchisee, yakni konsep booth seharga Rp 50 juta, express (Rp 90 juta), dan café (Rp 125 juta).
Pertengahan tahun 2010, ia akan meluncurkan konsep booth baru dengan ukuran lebih besar, harganya berkisar Rp 200 juta. Ia memberi bocoran, bila dengan konsep lama omset per bulan mencapai Rp 25-60 juta, dengan konsep baru ini omset yang didapat tiap bulan bisa mencapai Rp 100-200 juta! Berminat?
Sita Dewi
KOMENTAR