Ditemui di tempat kerjanya di Tanah Merah, Cibubur, Yusral Rohban (53) tampak tenang kala menceritakan kelakuan anak sulungnya, Selly. Sejak kecil, katanya, anak-anaknya memang sering ditinggal karena pekerjaannya sebagai mandor mengharuskannya sering bepergian ke luar kota. Sang istri, Atik, juga sibuk bekerja. "Anak-anak memang jadi kurang mendapat perhatian."
Mungkin karena itulah, duga Yusral, Selly mencari perhatian di luar. Saat duduk di bangku SMP, Selly mulai menunjukkan perangai kurang baik. Awalnya, ia kerap meminjam telepon genggam teman-temannya, namun tak pernah dikembalikan. "Dia pernah jadi pemain keyboard di band yang dibentuk bersama pacarnya, Rizal." Ketika dilarang berhubungan dengan teman bandnya, Selly menjadi nakal.
Tamat SMA, Selly memilih kuliah di jurusan Informatika. "Masalah datang lagi. Dia hamil sebelum nikah. Saya minta ke orangtua Rizal agar anaknya menikahi Selly." Apa mau dikata, setelah menikah, suami Selly pengangguran dan hanya bisa menghabiskan harta orangtuanya. Beban pun bertambah ketika putri Selly lahir.
Untuk menghidupi anaknya, tahun 2005 Selly mulai bekerja. Sejak itu pula, petualangan Selly dimulai. Mulanya, ia memakai uang perusahaan sebanyak Rp 40 juta. "Saya tahunya ketika atasannya datang ke rumah dan minta saya melunasi utang Selly. Uang pinjaman itu dipakai untuk hura-hura bersama suaminya. Kami, orangtuanya, tak dikasih apa-apa. Nah, giliran ditagih utang, mintanya ke saya."
Uang itu juga dipakai untuk memerbaiki mobil sang besan yang selalu dipergunakan Selly dan suaminya. "Akhirnya, utang itu ditanggung berdua dengan besan."
Keluar dari pekerjaannya, Selly menganggur dan kerjanya cuma ber-SMS dengan teman-temannya. Tak disangka, tahun 2006, tiba-tiba datang 18 orang wanita ke rumah Yusral di Ciledug. Rupanya mereka dijanjikan kerja oleh Selly sebagai Sales Promotion Girl (SPG) dengan imbalan memberikan uang pelicin.
"Ada yang disuruh bayar Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu. Herannya, anak saya saja enggak bekerja, kok, bisa menjanjikan kerja ke orang lain? Itu pun tidak ada tanda terima dari mereka. Akhirnya saya catat nama mereka dan membayar ganti rugi. Saya habis sekitar Rp 2 jutaan," kisah Yusral.
Hanya Minta Maaf
"Anak saya memang cantik, seperti ibunya dan kulitnya putih," cerita Yusral sambil menambahkan, Selly pernah tertangkap dan ditahan di Polsek Kalimalang selama 2 hari. "Saya bilang ke polisi 'Kalau memang salah, kurung saja anak saya!'"
Yusral bingung karena diharuskan membayar utang Selly sebanyak Rp 18 juta agar putrinya tak ditahan. "Saya tanya ke dia, apa punya teman atau pacar yang bisa dipinjami uangnya? Jawabnya, ada pria yang suka sama dia, pegawai negeri, duda, dan bisa bantu."
Utang Rp 15 juta pun dilunasi orang itu sementara Yusral menambah Rp 3 juta. Lalu, ke mana suami Selly? "Keduanya sudah pisah ranjang dan kini sedang mengurus perceraian."
Sebenarnya, Yusral bukannya tutup mata dan duduk diam menghadapi ulah anaknya. Sudah beberapa kali ia menegur bahkan sempat menampar Selly saat ditahan. "Tapi dia tenang-tenang saja, tuh. Tidak ada rasa penyesalan di wajahnya. Paling minta maaf dan melakukan lagi," papar Yusral.
Akibat ulah anaknya, Yusral mengaku sudah kehilangan rasa malu. "Saya juga cerita ke keluarga besar. Awalnya mereka mau membantu memberi uang, tapi kalau terlalu sering, ya, mereka jadi malas membantu."
Begitu bebas, tahun 2008 Selly kemudian bekerja di Hotel Grand Mahakam sebagai staf SDM. Lagi-lagi kebiasaannya meminjam uang berulang. "Manajernya datang ke rumah dan menagih utang Rp 20 juta. Waktu saya tanya kuitansinya, tidak ada. Ternyata manajer itu sempat mengajak anak saya makan. Berarti, kan, tak perlu diminta lagi, dong, uangnya? Saya juga bingung, kok, bisa-bisanya dia kasih Selly uang sebanyak itu. Mungkin dia ditinggal anak saya karena uangnya sudah habis," papar Yusral dengan heran.
Peristiwa itu rupanya membuat segala sepak terjang Selly selama ini terkuak. Lepas dari Grand Mahakam, Selly berhasil masuk kerja di Harian Kompas sebagai operator telepon. "Dia bisa masuk karena dibantu seorang wartawan di sana. Baru kerja sebulan, eh, dia berhasil menipu 9 karyawan. Bahkan wartawan yang membantu dia pun, kena tipu Rp 4,5 juta."
Nove, Sukrisna, Yetta/bersambung
KOMENTAR