Di sisi lain, Nur was-was, bagaimana nasib Nanda selanjutnya. "Kami takut jika ada efek samping dari kegagalan operasi itu. Takutnya penyakit lama belum sembuh, penyakit baru malah datang." Alhasil, Nur dan keluarganya mantap menempuh jalur hukum.
Melalui kuasa hukumnya, Denny Lubis & Associates, Nur melayangkan somasi. "Sampai sekarang, belum ada tanggapan dari RS." Kalau begini, bisa saja dalam waktu dekat kami bawa kasus ini ke pihak berwajib."
Oleh karena salah seorang kerabat Nur bekerja sebagai wartawan, Nur nekad menceritakan kasus yang menimpa anaknya itu. Kerabatnya ini akhirnya bercerita kepada rekan wartawan lain.
"Senin (8/2), beberapa wartawan mewawancarai dan mengambil gambar di ruangan tempat Nanda dirawat. Tiba-tiba, perawat yang ada di kamar berteriak, 'Ada apa ini? Kok, masuk begitu saja. Mana identitas kalian? Apa sudah ada izin dari humas?' Begitu kata dia," ujar Nur menirukan ucapan si perawat.
Saat keadaan bertambah kacau, dr. DD, asisten dr. MS, secara spontan berusaha merebut dan menampar kamera wartawan. "Dia juga minta gambar yang ada di kamera beberapa wartawan, segera dihapus." Sejumlah petugas keamanan pun datang, membawa para wartawan ke sebuah ruangan.
"Ruangan itu ditutup dan lagi-lagi beberapa orang menyuruh untuk menghapus gambar yang ada di dalam kamera. Kami keluarga besar justru menyayangkan sikap RS yang melarang wartawan meliput," ujar Nur sambil menambahkan, direktur RS pernah meminta agar kasus ini jangan diberitakan di media.
Benarkah para wartawan disekap? Lewat SMS, Humas RSUP H.Adam Malik, dr Atmawijaya, berujar, "Tidak ada penyekapan. Wartawan hanya dikumpulkan untuk klarifikasi masalah." Ia juga menegaskan, tak ada kasus malpraktik di RS itu.
Akan halnya Nanda, diperlukan waktu sekitar 5-6 bulan lagi sebelum bisa menjalani operasi selanjutnya. "Tapi pihak RS tak mau menanggung beban operasi. Padahal nantinya, setiap bulan, Nanda diwajibkan untuk kontrol rutin. Kontrol memang bisa di mana saja. Di Medan atau Aek Kanopan. Tapi, biaya kontrol itu tetap jadi biaya kami."
Ia juga khawatir akan kondisi Nanda. "Berat badannya tak mau bertambah." Di sisi lain, "Karena penyakitnya itu, bayi kami harus banyak buang air kecil supaya beban kerja jantungnya berkurang. Susahnya, karena di RS susah mencuci popok dan tak ada tempat untuk menjemur pakaian, kami terpaksa mengandalkan diaper terus-menerus. Akibatnya, kulit Nanda jadi iritasi," kata Nur.
Menghadapi semua ini, Nur dengan tegas berujar, "Kalau begini, bisa saja dalam waktu dekat kami bawa kasus ini ke pihak berwajib."
Debbi Safinaz
KOMENTAR