Bagaimana kabarnya, Bu?
Alhamdulillah, baik. Berat badan saya juga naik, nih. Enggak banyak, sih, tapi adalah, sekilo-sekilo saja. Berat badan Bapak (Antasari.Red) juga naik 3 kilogram.
Apa berarti Bapak senang berada di penjara?
Kalau senang, sih, enggak. Tapi berusaha untuk menikmati. Kalau enggak begitu, nanti malah stres.
Bagaimana kondisi suami setelah dituntut hukuman mati?
Tetap tenang, seperti yang kalian lihat juga di media.
Kalau Ibu? Sedih, tidak?
Sedih? Enggak, ya. Saya justru sedih lihat jaksanya yang kayak orang enggak waras. Masa tanpa memiliki bukti kuat, mereka bisa kasih tuntutan seperti itu. Ya, kami yang waras mengalah saja dulu. Sebagai warga negara, Bapak, kan, masih punya hak untuk mengajukan banding. Kita lihat saja nanti.
Aneh saja. Seperti yang saya katakan tadi, mereka tidak punya bukti kuat tapi menuntut. Semua bukti yang hakim minta, yang menunjukkan Bapak sebagai tersangka, tidak bisa mereka berikan. Pun kalau ada, itu bisa dipatahkan oleh penasihat hukum.
Tapi, kalau pada akhirnya pengadilan tetap memberikan hukuman mati kepada Bapak, keluarga sudah siap?
Wah, pasti enggak begitu, ya. Sebelum kasus pembunuhan (Nazruddin) terkuak, dari awal Bapak memang sudah ditarget untuk dibunuh. Jadi, kalau sekarang kondisinya (diadili) seperti ini, kami tinggal tunggu mukjizat saja. Lagipula, masyarakat juga, kan, mengikuti dan bisa menilai seperti apa proses pengadilan ini berjalan. Kami masih optimis Bapak bisa menang di pengadilan.
Kebetulan pagi ini (19/1), saya ada kegiatan. Ada kunjungan sosial ke beberapa rumah yang terbakar tempo lalu di Jatinegara. Kebetulan, salah satu pemilik rumah itu, teman kuliah anak bungsu kami. Saya pikir, karena ini sidang tuntutan yang pasti lama dan panjang prosesnya, saya izin sama Bapak untuk tidak hadir. Apalagi, saya sudah tahu kalau JPU (jaksa penuntut umum) pasti akan memberikan tuntutan mati. Jaksa, kan, memang selalu berusaha menjerat dengan hukuman terberat.
Lantas, siapa yang memberitahukan Ibu soal tuntutan ini?
Saya dengar pertama kali di Radio Elshinta saat berada di mobil dalam perjalanan ke Jatinegara. Setelah itu, sekretaris Pak Juniver Girsang, Ibu Victoria, telepon saya mengabarkan hal itu. Tak lama kemudian, Bapak sendiri yang telepon saya. Enggak banyak, sih, yang kami omongin. Dia hanya tanya, "Ma, sudah dengar beritanya?" "Sudah." "Mama di mana sekarang?" Saya bilang, masih di lokasi kebakaran. Itu saja.
Sore harinya langsung menjenguk Bapak di Polda?
Enggak. Hari itu tamu Bapak banyak sekali dan saya sendiri diserbu banyak media untuk wawancara sana-sini. Jadi, belum sempat ketemuan, deh. Ha ha ha
Ester Sondang
Berita yang lebih lengkap dan dalam ada di Tabloid NOVA. Belinya enggak repot, kok.
Sahabat NOVA bisa pilih langganan di Grid Store, atau baca versi elektroniknya (e-magz) di Gramedia.com, MyEdisi, atau Majalah.id.
KOMENTAR