Dalam menggelindingkan usahanya, Zaldy dibantu ahli gizi dan chef. Mereka jadi tim yang kompak. Ahli gizi mengatur kadar komposisi gizi, chef yang mengolah makanan jadi lezat. Jadilah menu sehat tanpa mengurangi kelezatan. Sekaligus Zaldy memupus anggapan bahwa menu diet kurang enak disantap. "Kecuali memang untuk menu pasien yang sudah agak parah, ya. Misalnya saja pasien yang belum pulih dari pembengkakan, tidak boleh makan garam atau rendah garam. Rasa masakan tentu agak hambar. Selebihnya, sih, tetap lezat."
Kala itu, ujar pria yang tinggal di Tangerang ini, ia kesulitan mencari bahan organik mulai sayur sampai telur. "Saya beli di supermarket, itu pun masih jarang. Lama-kelamaan, saya sudah punya pemasok bahan organik. Sekarang, sih, sudah gampang banget. Belakangan ini sudah ada daging sapi organik. Sayang pengirimannya belum begitu lancar," kata Zaldy yang kini dibantu 4 ahli gizi dan seorang chef.
Untuk memperkenalkan usahanya, Zaldy berpromosi dengan menyebar brosur. Ia juga membuka situs di internet. Hasilnya memang oke. Makin banyak yang pesan. "Semula hanya warga kawasan Tangerang, sekarang sudah menyebar ke mana-mana. Karena permintaan makin besar, saya buka cabang lagi di kawasan Sudirman, Jakarta."
Untuk mereka yang berlangganan, Zaldy menetapkan paling sedikit untuk 15 hari. "Ada lho pelanggan yang awet, sudah dua tahun tetap pesan di katering kami." Kepada para customer, Zaldy menawarkan belanja secara modern. Pelanggan tak perlu repot datang ke lokasi. Cukup via internet dengan mengisi formulir. Pembayaran bisa tunai atau transfer. "Hemat waktu dan biaya." (habis)
Henry Ismono
KOMENTAR