Trauma pasca bencana gempa tidak hanya diderita Ainah. Sekitar 500 ibu yang berkumpul di Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, ramai-ramai mencurahkan trauma yang diderita oleh mereka, termasuk juga oleh anak-anak.
Sambil menitikkan air mata, seorang ibu bercerita tentang tingkah "aneh" putra sulungnya yang berusia delapan tahun. "Setiap kali angin kencang datang, ia langsung menggigil, dan lari ke luar ruangan. Tak peduli di dalam kelas, atau dimanapun, setiap angin datang, tingkahnya pasti begitu."
Tingkah anak yang tak wajar juga dikisahkan seorang ibu lain. "Kalau mendengar suara sirine, anak saya langsung lari mencari selimut, kemudian berlindung di bawahnya. Kayaknya dia merasa aman di dalam selimut itu."
Sementara untuk 500-an murid SD korban gempa yang berkumpul di kantor Kecamatan Nanggalo, diberikan aktivitas untuk menggali trauma psikis yang mereka rasakan. Dari selembar kertas kosong serta pensil yang diberikan, mereka diminta menulis atau menggambarkan perasaan ketika gempa datang.
Hasilnya sungguh menyentuh hati. Ada anak yang hanya menangis menghadapi kertas kosong di hadapannya, sambil tak bisa menuliskan apapun. Sementara anak lain ada yang menggambarkan situasi chaos saat gempa lewat lukisan tak beraturan serta kalimat-kalimat berisi ketakutan.
Brilyantini, Pemimpin Redaksi Tabloid NOVA menegaskan, program Berbagi Kasih ini merupakan langkah awal. "Rencananya program ini akan diikuti program lain yang sifatnya berkesinambungan untuk para korban bencana."
***
Foto-foto: Brilyantini
KOMENTAR