Lilin Dari Cetakan Kue
Lilin memang akrab dengan Natal. Tak heran jika para pembuat lilin meraup rezeki di hari besar itu. Salah satunya adalah Andi Purnawarman Putra (38), perajin lilin dari Kampung Prawirodirjan, Yogya, yang kerap dapat pesanan dari Jakarta. "Mereka yang kemudian memasarkan ke seluruh Indonesia," kata Andi.
Untuk tren warna lilin Natal tahun ini, kata Andi, orang masih menyukai lilin hijau dan merah dengan setuhan keemasan. "Bentuk yang disukai juga masih seperti tahun lalu, yakni kerucut. Ada juga yang pesan oval," lanjut Andi yang punya merek dagang Pensil Terbang.
Sudah sejak tahun 1999, jebolan Fakultas Seni Rupa UNY itu membuat lilin dan memasarkannya dari pameran ke pameran. "Awalnya enggak laku gara-gara harganya kelewat murah. Setelah saya naikkan 10 kali lipat, malah laris-manis," kisahnya sambil tertawa.
Bintang Andi mulai terang saat mendapat pesanan dekorasi dari sebuah stasiun teve swasta. Pesananan pun mengalir. Ia juga mengirim lilin buatannya ke Amerika dan Australia. Kejayaan bisnisnya sempat goyah ketika Yogya dilanda gempa bumi. "Sebagian besar lilin yang siap kirim, hancur. Sebagian lagi dijarah massa. Saya harus mulai dari nol lagi."
Sekarang, katanya, ia berkonsentrasi di pasar dalam negeri untuk keperluan ulang tahun, suvenir, dan koleksi. "Kini lilin jadi koleksi prestisius bagi orang-orang tertentu. Menjadi bagian dari gaya hidup kalangan tertentu. Kalau di ruang tamunya ada lilin, seolah dia memiliki rasa artistik."
Rini, Nove
KOMENTAR