Nah, aku ingin punya laboratorium yang hasilnya bisa diketahui dalam waktu cepat. Orang tidak perlu datang lagi untuk mengetahui hasil lab, cukup lewat SMS. Intinya, lab yang bisa terintegrasi dengan IT.
Untuk lebih memudahkan masyarakat, bagi yang ingin periksa, tidak perlu datang ke lab. Cukup kami yang mendatangi mereka. Ide ini sempat mengendap karena tidak disetujui konsultaan waralabaku, Pak Utomo Njoto. Katanya, aku mesti fokus ke K24 dulu.
Setelah K24 berkembang, baru pertengahan 2007 bendera dikibarkan. Aku pun bisa langsung lari. Semua bisa cepat karena idenya memang sudah lama. Aku ingin menjadi mitra dokter dan pasien. Hi Lab ingin hi tech, high speed, high quality. Satu-satunya yang tidak tinggi, ya, harganya. Masih terjangkau masyarakat.
Saat memulai Hi Lab, kami menggelar acara senam lansia massal, dilanjutkan dengan pemeriksaan gula darah dengan alat canggih. Acara dihadiri walikota Jogja dan GKR Hemas. Para peserta diambil darahnya dengan alat canggih. Aku yakin, alat ini juga bakalan banyak dicari di Jakarta. Para eksekutif, misalnya, tidak perlu beringsut dari tempat kerjanya untuk tes darah. Mereka tinggal telepon, petugas kami datang, dan dengan cepat hasilnya bisa dikabarkan. Baik lewat SMS atau lewat internet. Syukurlah, usaha ini juga lancar.
Untuk ke depan, kami terus berusaha meningkatkan pelayanan. Salah satunya, akan membuka Lembaga Pendidikan Cepat Kerja (LPCK). Ini semacam kursus bidang kefarmasian apotek. Setelah lulus SMA, siswa bisa kursus selama 4 bulan, dididik menjadi tenaga asisten apoteker. Mereka yang lulus, kami jamin bekerja di K24. LPCK sekaligus untuk mempercepat proses penyediaan tenaga terampil.
Begitulah sebagian kisahku. Mudah-mudahan ada manfaat yang bisa dipetik dari situ.
(Tamat)
Henry Ismono
KOMENTAR