Diungkapkan Andi, sepeninggal Nasrudin, BUMN di mana saudaranya itu bekerja, belum memberi uang santunan kematian, asuransi, dan gaji yang menjadi hak Nasrudin. "Kami sudah mengurusnya, tapi mereka bilang akan bermasalah. Sebab, kasusnya masih berjalan. Mereka bingung akan dicairkan untuk istri pertama, kedua, atau bagaimana?"
Kehidupan dua istri Nasrudin kini juga tidak seperti sebelumnya. "Istri pertama, sih, tidak begitu bermasalah karena pegawai negeri. Sementara istri keduanya, belum dapat pekerjaan. Nah, kehidupan keluarga di Makasar yang semula ditanggung penuh oleh Nasrudin, kini jadi beban saya."
Sementara soal berubahnya kesaksian Wiliardi Wizard di pengadilan, tutur Andi, tak membuat keluarga besarnya bertanya-tanya. "Apa benar, Wili, seorang komisaris besar, mau ditekan atau mengikuti kemauan penyidik yang pangkatnya di bawah dia?" tanya Andi.
Andi yang berprofesi sebagai pengacara menduga, Wiliardi takut pada pasal yang didakwakan dengan ancaman hukuman maksimal mati atau seumur hidup. Adakah perubahan sikap Wili itu untuk saling meringankan hukuman dengan Antasari?
"Bisa saja. Segala kemungkian ada. Bukankah pengacara AA dan pengacara WW bersaudara? Tapi ingat, publik sekarang sudah pintar. Bisa mencerna mana yang benar dan salah. Soal dukungan publik, jangan berharap banyak seperti dukungan untuk Bibit-Chandra. Apa pula maksudnya istri WW langsung roadshow ke berbagai stasiun televisi? Kalau saya roadshow, wajar, dong, karena saya ingin meyakinkan publik, saya ini saudara korban yang sedang berjuang mencari kebenaran."
Andi dan keluarga besarnya berharap, di akhir sidang akan ketahuan siapa dalang intelektual di balik pembunuh Nasrudin. "Kami bukan mencari siapa yang harus dihukum." Ibunda Nasrudin di Makasar pun, sudah tak sabar menunggu siapa dalang pembunuh anak kebanggaannya. "Ibu saya sudah sakit-sakitan, sekarang lebih syok lagi. Menaggis terus dan bertanya, apa salah anaknya hingga harus dibunuh, siapa pembunuhnya, dan apa kepentingannya anaknya dibunuh? Sementara Nas, kan, bukan petinggi negara."
(Tamat)
Rini Sulistyati
KOMENTAR