Di awal memperkenalkan produknya, Edy mengaku menggunakan pemasaran cara konvensional dengan cara dari pintu ke pintu. Ia berbagi tugas dengan istrinya. "Saya mencari pasar di luar kota seperti Semarang, Pati, Purworejo, sedangkan istri masuk ke sekolah-sekolah di sekitar Yogya. Kala itu, kami juga masih menggunakan brosur yang sederhana. Hasilnya masih belum begitu bagus."
Sebulan, terkadang mereka dapat 1-2 pesanan alat drum band lengkap. "Sering pula dalam sebulan tidak dapat pesanan apa-apa," imbuh Indrawati. "Meski begitu kami enggak putus asa. Kami masih punya harapan, bisnis ini akan sukses," katanya optimis.
Tanpa diduga Indrawati, hanya beberapa hari setelah buka toko online, ada sebuah sekolah di Medan yang pesan produknya. "Kebetulan, ada satu kelompok alumni SMA yang ingin memberikan kenang-kenangan alat drum band untuk sekolahnya."
Deal bisnis pun dilakukan lewat telepon. "Sebenarnya di Medan ada toko yang jual satu set drum band harganya Rp 18 juta. Sementara kalau pesan saya, hanya Rp 10 juta. Padahal kualitasnya hampir sama."
Kepada pembeli, Indrawati menjanjikan kualitas maksimal seperti berbagai produk dengan merek internasional seperti Rolling, Isuzu, Power Beat, Ludwig, atau Premier. "Soal harga, tentu saja kami jauh lebih murah. Kualitas kami berani jamin karena menggunakan spare part impor," kata Indrawati seraya menjelaskan harga produknya berbeda-beda sesuai kualitas dan ukuran. Mulai jutaan sampai puluhan juta.
Henry Ismono
KOMENTAR