Kini 14 kamar yang berderet membentuk huruf U itu difungsikan sebagai kamar bagi para tamu. Khusus di kamar Royal Suite, ranjang yang digunakan benar-benar ranjang besi kuno milik mendiang Ny. Puspo.
Untuk menyegarkan suasana, halaman penghubung rumah utama dengan kamar-kamar di samping rumah, Nina membuat kolam ikan lengkap dengan tanaman hias. Meski demikian, tamu-tamu yang menginap masih bisa menyeberangi kolam lewat jalan setapak.
Di setiap lorong di depan kamar-kamar, Nina meletakkan satu perangkat gamelan yang bisa ditabuh bila tamu-tamunya bisa memainkan gamelan.
"Hanya satu larangannya, jangan teriak-teriak di waktu malam di Roemahkoe. Selain akan mengganggu tamu lain, juga enggak enak didengar tetangga. Tamu boleh pulang larut malam atau dini hari tapi harus memberitahu penjaga Roemahkoe karena pintu gerbang akan ditutup setelah pukul 22.00," tegas ibu tiga putri ini.
Meski disewakan untuk para tamu, Nina tetap memfungsikan rumah itu sesuai peruntukannya. Misalnya, ruang utama bagian depan, sesuai fungsinya pada rumah Jawa, dijadikan ruang publik seperti lobi dan butik yang memajang aneka suvenir batik khas Solo.
Di belakang krobongan, terdapat ruang baca. "Setiap tamu boleh menggunakan ruang itu untuk membaca buku-buku koleksi Roemahkoe," katanya. Keluar dari ruang baca, para tamu langsung menemukan teras belakang yang berfungsi sebagai restoran. Di sinilah para tamu bisa mencicipi aneka hidangan. Dan khusus Sabtu malam, para tamu yang bersantap di sini dihibur dengan klenengan atau bunyi-bunyian gamelan Jawa.
Satu hal yang tak dimiliki hotel dan penginapan lainnya tapi disediakan khusus oleh Nina adalah astrologi Jawa yang disebut Pawukon. Ini salah satu cara "menghitung nasib" dengan cara mengetahui hari, tanggal, bulan, dan tahun kelahiran seseorang. Nah, bagi yang suka dan percaya pada seni hitung Pawukon, bisa melihat dan membacanya lewat lukisan wayang.
Tapi jangan keasyikan menghitung nasib! Soalnya, belum lengkap rasanya berada di Laweyan namun tidak belanja batik. Bila hendak keliling kampung, tinggal panggil becak. "Lewat belakang Roemahkoe juga bisa. Ada pintu belakang yang sudah dijebol menembus Kampung Laweyan, kok," jelas Nina.
(Tamat)
Rini Sulistyati
Foto-Foto: Widi Nugroho
KOMENTAR