"Saya mau membeli furniture bekas milik siapa saja. Yang sudah butut pun tetap saya terima. Nanti saya perbaiki dan jual lagi. Biasanya, saya beli barang-barang milik kantor yang bangkrut atau milik keluarga. Misalnya saja ada satu keluarga yang sudah bosan dengan furniture-nya, silakan jual barangnya pada saya. Mereka mau tukar-tambah di sini juga bisa," jelas Rustandi yang memberi nama usahanya Sinar Baru Mulya.
Bagi Rustandi, usaha furniture bekas merupakan berkah dari Allah, setelah ia beberapa kali jatuh-bangun di usaha elektronik sampai bisnis tanah. Belasan tahun pria asal Garut ini mengaku hidup pas-pasan. Bahkan, pernah ia diusir dari rumah kontrakannya karena tidak sanggup bayar.
Dengan penuh ketabahan ia terus berusaha, sampai tahun 1998, ia ikut temannya bisnis furniture bekas. "Saya minta teman memodali saya tujuh filing kabinet bekas. Saya belajar memperbaiki sampai bagus. Setelah saya cat lagi seperti baru, filing kabinet itu saya jual. Setelah laku satu, saya beli lagi barang bekas yang lain."
Cepat Berkembang
Di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Rustandi memulai usaha. Awalnya, ia membeli furniture bekas dari tempat loakan. Ia juga belajar dari temannya berburu barang bekas dengan ikut lelang. Dari tahun ke tahun, usahanya begitu cepat berkembang. "Sampai tahun 2000, saya kontrak ke Jalan Saharjo. Usaha mulai jalan. Waktu itu, hanya saya yang bisnis furniture bekas di Jalan Saharjo (Jaksel) ini," kata Rustandi yang di awal usaha dibantu dua kerabatnya.
Produk bekas Rustandi kian bertambah. Ibaratnya segala peralatan kantor, hotel, dan rumah tangga ia sediakan. Semua "sampah" itu direnovasi lagi jadi baru. "Meja yang enggak ada kakinya saya beli hanya Rp 20 ribu. Setelah saya perbaiki jadi baru, saya jual laku Rp 200 ribu. Filing kabinet tanpa laci, semula saya beli Rp 150 ribu, bisa terjual Rp 600 ribu. Meja kantor yang baru saja dibeli karyawan kantoran, saya jual Rp 1,2 juta. Padahal, modalnya hanya Rp 300 ribu."
"Banyak orang melihat, usaha saya cepat berkembang. Pelan-pelan banyak yang mengikuti jejak saya. Sampai akhirnya di kawasan Jalan Saharjo ini, ada 60-an usaha seperti ini," katanya yang mempekerjakan 48 karyawan. Jadilah, Jalan Saharjo salah satu sentral furniture bekas di Jakarta.
Banyaknya pesaing tak membuat usaha Rustandi surut. "Bahkan, lebih berkembang. Usaha seperti ini, kan, tidak ada surutnya. Pasarnya juga masih sangat luas. Asal barang yang kita jual kualitasnya bagus, tetap saja ada yang mau beli," kata Rustandi seraya menerangkan usahanya ini didukung penuh istirinya, Lies Sumiati.
Lantas dari mana Rustandi mendapat pasokan barang bekas? "Saya sudah punya banyak relasi. Kalau ada kantor bangkrut, saya selalu dihubungi. Lalu, saya ikut lelang barang-barang itu. Bahkan, saya masih membeli barang loakan," jelas pria yang beberapa kali mendapat penghargaan dari Kementerian UKM ini.
Henry Ismono, Rini Sulistyati
KOMENTAR